JAKARTA (SALAM-ONLINE): Di media sosial beredar kabar bahwa ternyata pada Pilpres 2014 capres Joko Widodo saat itu menyewa konsultan asing, ahli strategi politik AS, Stanley Greenberg.
Informasi ini diketahui dari website pribadi S. Greenberg. Tudingan Joko Widodo kepada lawan politiknya dari kubu Prabowo-Sandi atas penggunaan konsultan asing, kini berbalik kepadanya.
“Daftar klien Stanley Greenberg terdapat ada di antara para pemimpin dunia. Sebagai contoh, Greenberg telah bertindak menjadi penyurvei dan ahli strategi politik untuk: Presiden AS Clinton, Presiden Nelson Mandela, Wakil Presiden AS Al Gore, Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Senator AS John Kerry, Kanselir Jerman Gerhard Shroder, Presiden Indonesia Joko Widodo, dan ratusan lainnya, kandidat dan organisasi lain di dalam dan di luar Amerika Serikat,” demikian kutipan dari website S. Greenberg, https://www.political-strategist.com/contributors/stanley-b-greenberg/
Seperti diberitakan, Jokowi menuduh paslon 02, Prabowo-Sandi menggunakan konsultan asing dalam Pilpres 2019, yang, menurutnya, berpotensi memecah belah bangsa.
Oleh karenanya, Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaen mengatakan, pernyataan Jokowi soal konsultan asing di kubu Prabowo yang berpotensi memecah belah bangsa itu berbanding terbalik dengan dirinya sendiri yang ketahuan menggunakan jasa konsultan asing pada Pilpres 2014.
“Jokowi lantang menyatakan seolah penggunaan konsultan asing akan memecah belah bangsa tapi ternyata dirinya sendiri yang menggunakan konsultan asing. Artinya, Jokowi tidak takut dong bangsa ini pecah belah,” kata Ferdinan seperti dikutip RMOL.co, Rabu (6/2/2019).
Politisi Partai Demokrat itu juga meminta agar informasi tersebut diteliti baik agar tidak menimbulkan gejolak besar. Pasalnya Jokowi saat ini masih menyandang jabatan presiden.
Namun jika benar, tak tanggung-tanggung, Ferdinand menyebut bahwa Jokowi merupakan pemimpin yang punya sifat “munafik”.
“Jadi sebaiknya kebenaran atas informasi ini diteliti lebih jauh kebenarannya. Tapi sekali lagi, jika itu benar maka gelar “jancuk” yang diterima Jokowi menjadi patut,” tegas Ferdinand. (*)
Sumber: RMOL.co, https://www.political-strategist.com/contributors/stanley-b-greenberg/