CNN: Saudi & UEA Pasok Senjata buatan AS ke Kelompok Terkait Al-Qaidah

Pemindah-tanganan senjata ke tangan kelompok-kelompok bersenjata yang mereka klaim dan tuduh sebagai “teroris” telah menimbulkan kekhawatiran baru. Hal itu dikatakan sebagai pelanggaran terhadap perjanjian antara Washington dengan negara-negara Teluk.SALAM-ONLINE: Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) telah memasok senjata buatan AS ke kelompok yang terkait dengan Al-Qaidah dan milisi garis keras yang bertempur di Yaman untuk melawan pemberontak Syiah Houthi, demikian hasil investigasi CNN yang dilansir Middle East Monitor (MEMO), Rabu (6/2/2019).

Pemindah-tanganan senjata ke tangan kelompok-kelompok bersenjata yang mereka klaim dan tuduh sebagai “teroris” telah menimbulkan kekhawatiran baru. Hal itu dikatakan sebagai pelanggaran terhadap perjanjian antara Washington dengan negara-negara Teluk.

Penyelidikan menemukan bahwa senjata AS juga masuk ke tangan pemberontak yang didukung Iran melawan koalisi Teluk untuk menguasai negara tersebut. Temuan itu memperlihatkan beberapa teknologi militer sensitif Amerika masuk ke Teheran.

Menjelaskan bagaimana senjata-senjata itu bisa dialihkan ke tangan kelompok bersenjata yang terkait Al-Qaidah dan milisi Iran, laporan itu mengutip komandan lokal di lapangan dan analis yang mengatakan bahwa Arab Saudi dan UEA—mitra utama dalam perang—telah menggunakan senjata buatan AS.

Dengan menyerahkan peralatan militer ini kepada pihak ketiga, koalisi yang dipimpin Saudi itu dituduh melanggar ketentuan penjualan senjata dengan AS, menurut Departemen Pertahanan. CNN mengatakan pihaknya mempresentasikan temuan tersebut ke Departemen Pertahanan AS. CNN menerima konfirmasi dari seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa penyelidikan sedang berlangsung dalam kasus ini.

Baca Juga

Pertanyaan sekarang diajukan, apakah AS telah kehilangan kendali atas sekutu kunci yang memimpin salah satu perang paling mengerikan dalam dekade terakhir? Laporan PBB terbaru menemukan bahwa lebih dari 6.700 anak telah tewas sejak pecahnya perang Yaman pada 2015. Perang yang juga didukung oleh AS tersebut, telah digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terburuk sejak Perang Dunia Kedua.

Dengan sedikit memberi isyarat bahwa perang akan segera berakhir, para pejabat AS yang telah mempersenjatai negara-negara Teluk itu kini bertanya, apakah Saudi cukup bertanggung jawab untuk diizinkan terus membeli senjata canggih dan peralatan perang? Investigasi CNN sebelumnya mengungkapkan bahwa senjata buatan AS digunakan dalam serangkaian serangan koalisi Saudi yang mematikan. Serangkaian serangan itu membunuh puluhan warga sipil yang mayoritas dari mereka adalah anak-anak.

Penerima senjata AS secara hukum wajib mematuhi persyaratan penggunaan akhir yang melarang pemindahan peralatan apa pun ke pihak ketiga tanpa izin sebelumnya dari pemerintah AS. Penyelidikan CNN menyebut bahwa otorisasi itu tidak pernah diperoleh. Seorang pejabat senior UEA yang dikutip dalam laporan itu menyangkal temuan tersebut. (mus)

Sumber: MEMO

Baca Juga