Di Tengah Meningkatnya Ketegangan, Polisi India Tangkapi Pejuang Kashmir

Polisi India menangkapi sedikitnya 150 pejuang Kashmir menyusul serangan bom mobil terburuk di wilayah yang disengketakan itu pekan lalu.

Aparat Kepolisian Cadangan Sentral India berpatroli di sebuah jalan di pusat kota Srinagar. (Foto: Reuters)

SALAM-ONLINE: Polisi telah menangkap sedikitnya 150 pejuang Kashmir di India. Penangkapan dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran di antara penduduk bahwa tindakan keras tersebut  bisa menyulut protes dan anti-India yang baru.

Tindakan keras yang dimulai pada Jumat (22/2/2019) malam itu terjadi di tengah ketegangan tinggi antara India dan Pakistan setelah ledakan bom mobil pada 14 Februari lalu menyerang konvoi paramiliter yang dilakukan kelompok perlawanan Kashmir.

Sebanyak 42 tentara India tewas dalam ledakan bom di distrik Pulwama, Kashmir selatan, sebuah serangan terburuk terhadap pasukan India dalam sejarah wilayah itu.

Polisi pada Sabtu (23/2) mengatakan bahwa mereka mengumpulkan para pemimpin tinggi dan aktivis yang sebagian besar adalah Jamaat-e-Islami, sebuah kelompok politik Islam yang mendukung hak penentuan nasib sendiri untuk Kashmir. Serbuan dan penangkapan berlanjut pada Sabtu.

Di antara mereka yang ditangkap adalah pemimpin wilayah Jamaat-e-Islami Abdul Hamid Fayaz dan Mohammad Yasin Malik, seorang pemimpin pro-kemerdekaan berpengaruh yang mengepalai Front Pembebasan Jammu-Kashmir.

Malik dijemput dari rumahnya pada Jumat malam di kota utama Srinagar. Sebagian besar toko dan tempat usaha tutup pada Sabtu untuk memprotes tindakan keras tersebut. Penangkapan itu menuai kecaman luas dari para pemimpin politik Kashmir.

“Gagal memahami langkah sewenang-wenang seperti itu yang hanya akan mempercepat masalah,” kata Mehbooba Mufti, mantan menteri negara bagian Jammu dan Kashmir di akun Twitternya yang dikutip Aljazeera, Ahad (24/2).

“Anda bisa memenjarakan seseorang, tetapi bukan idenya,” tulisnya.

“Tindakan ilegal dan paksaan terhadap Kashmir seperti itu sia-sia dan tidak akan mengubah kenyataan di lapangan,” ujar Mirwaiz Umar Farooq, seorang pemimpin Kashmir yang berpengaruh.

Kepemimpinan Perlawanan Bersama, yang terdiri dari tiga pemimpin penting Kashmir, termasuk Malik, menyerukan pemogokan pada Ahad (24/2) untuk memprotes tindakan keras itu.

Baca Juga

Pada Jumat malam dan Sabtu, pesawat tempur India dan helikopter militer terbang di atas wilayah Himalaya.

Pihak berwenang India pada Sabtu juga menyerbu sekitar 10.000 tentara paramiliter tambahan ke Lembah Kashmir, yang telah menjadi wilayah paling termiliterisasi di dunia.

Warga khawatir tindakan keras itu bisa menjadi awal dari serangan militer oleh India terhadap Pakistan atau mempermainkan status khusus Kashmir dalam konstitusi India.

Mahkamah Agung (MA) India belum memberikan putusannya terkait sebuah petisi yang menentang ketentuan khusus selama lebih dari setahun.

Sidang tentang ketentuan yang memberi warga Kashmir hak khusus untuk properti dan pekerjaan di wilayah yang disengketakan tersebut diharapkan diputuskan MA pada Senin.

Aksi protes di Ahmedabad. (Foto: Amit Dave/Reuters)

Sementara itu, penangkapan, penindasan militer dan ancaman pemerintah India terhadap Pakistan memicu kepanikan warga dengan berebut beli bahan bakar, obat-obatan dan makanan di wilayah tersebut.

“Orang-orang membeli beras, minyak nabati, kacang-kacangan, telur dan kebutuhan pokok lainnya dalam jumlah besar. Kami sibuk dan persediaan hampir habis,” kata Mohammad Amin Rather, pemilik toko kelontong di daerah Rajbagh, Srinagar.

Sejak 1989, kelompok perlawanan telah berperang melawan pemerintahan India di Kashmir. Sekitar 70.000 orang meregang nyawa dalam perlawanan dan penumpasan yang terjadi kemudian.

Wilayah Himalaya di Kashmir dibagi antara India dan Pakistan. Tetapi keduanya merasa paling berhak atas wilayah yang disengketakan itu. Dan mayoritas warga Kashmir sendiri mendukung tuntutan para pejuang agar wilayah tersebut digabung dengan Pakistan atau dinyatakan merdeka.(mus)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga