Persis Harus Teladani Pendahulunya, Kuat Berdebat

Diakui atau pun tidak, ada atau bahkan banyak alumni Pesantren Persis yang tidak kembali ke pangkuan Persis, tetapi lebih memilih berlabuh dan membesarkan ormas lain.

-CATATAN ADE CHAIRIL ANWAR-

SALAM-ONLINE: Saya mengikuti kegiatan Silaturahim Akbar (Silatbar) Keluarga Besar Alumni Pesantren Persatuan Islam (Persis) dengan tema “Bersama Persatuan Islam Kokohkan Ukhuwah Teguhkan NKRI” bertempat di Auditorium BPPT Thamrin Jakarta, pada Ahad, 31 Maret 2019.

Kegiatan tersebut sebagian besar diikuti oleh alumni PPI yang kini berdomisili di sekitar Jabodetabek, sebagian lainnya berasal dari Sukabumi, Cianjur, Bandung, Tasikmalaya (Jawa Barat), Serang (Banten) dan Bangil (Jawa Timur). Menurut informasi, peserta yang hadir lebih dari 2.000 orang.

Laiknya silaturahim atau reuni lainnya, perhelatan tersebut dimeriahkan dengan berbagai kegiatan mulai dari Bazaar makanan, pakaian, promo produk perbankan, property, pentas seni, beladiri, talk show, hingga orasi ilmiah, dan sebagainya.

Dari sekian kegiatan tersebut, yang paling menarik bagi saya adalah orasi ilmiah dari Ustadz Bachtiar Nasir, Lc, MM, yang menyampaikan bahwa alumni Persis harus bisa meneladani para pendahulunya, kuat berdebat, kuat literasi dan selalu menjadi rujukan siapa pun di zamannya. Ustadz Bachtiar menyebut beberapa tokoh Persis di masa lalu seperti A. Hasan, Isa Anshary, Mohammad Natsir, dan sebagainya.

Selain itu, ada satu hal yang menggelitik ketika talk show berlangsung. salah seorang nara sumber mengemukakan tentang minimnya alumni Persis yang kembali ke pangkuan Persatuan Islam (Persis), terlebih di kalangan ibu-ibu (Persistri), padahal sudah selaiknya para alumni itu kembali untuk turut serta membesarkan Persatuan Islam.

Baca Juga

Diakui atau pun tidak, ada atau bahkan banyak alumni Pesantren Persis yang tidak kembali ke pangkuan Persis, tetapi lebih memilih berlabuh dan membesarkan ormas lain. Fenomena ini lazim ditemukan di mana pun. Akan tetapi, lantaran Persis merupakan ormas yang tidak terlalu besar secara kuantitas, maka realitas ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi keberlangsungan Persis di masa depan.

Oleh karena itu, imbauan senior tersebut patut diperhatikan, diakomodir dan didiskusikan terkait konsep dan strategi perekrutan anggota Persis dari internal Persis khususnya alumni Pesantren Persis, mengingat siapa lagi yang akan mempertahankan jam’iyyah jika para alumni (saja) memilih tak berkiprah di jam’iyyah (Persis).

Sebelum itu, patut direnungkan dan dikaji (pula) tentang mengapa para alumni pesantren persatuan islam tidak berkiprah dan (apalagi) membesarkan persatuan islam? Alasan ideologis kah? Alasan ekonomi kah? Alasan edukasi kah? Alasan politis kah? Atau alasan-alasan lainnya.

Terlepas dari semua itu, semoga Silatbar Ahad lalu menumbuhkan kembali kepercayaandiri, keyakinan dan kekuatan untuk tetap bersatu dan bersinergi merawat Persatuan Islam demi kokohnya ukhuwah dan teguhnya NKRI laiknya dilakukan oleh para pendahulu kita di masa lalu.

-Penulis adalah Alumni MTs (2002) dan MA (2005) Persis Sukabumi

Baca Juga