Ribuan Warga Suriah Berunjuk Rasa Memprotes Serangan Rezim Asad & Rusia

SALAM-ONLINE: Ribuan warga Suriah berkumpul pada Jumat (31/5/2019) untuk memprotes serangan rezim Basyar Asad dan Rusia di Idlib, desa utara Hama dan provinsi Aleppo, demikian kelompok aktivis Suriah melaporkan sebagaimana dilansir Orient-News, Jumat (31/5).

Para pengunjuk rasa berkumpul di dekat daerah penyeberangan Atmeh, meneriakkan slogan-slogan menentang Basyar Asad dan Vladimir Putin (presiden Rusia). Mereka juga menyerukan negarara penjamin (Turki) agar menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan serangan dan pengeboman terhadap warga sipil.

Para pengunjuk rasa memperingatkan terhadap apa yang mereka sebut sebagai gelombang pengungsi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gelombang pengungsi ini dapat menyerbu Eropa jika pengeboman di Idlib tidak dihentikan.

“Putin dan Asad adalah pembuat pengungsi!!! Jika pengeboman dan serangan di Idlib tidak berhenti, jutaan pengungsi datang ke Eropa. Kami tidak ingin menjadi pengungsi, kami menyukai Suriah. Kami tidak menyangkal Holocaust, jadi lakukan sesuatu untuk menghentikan Holocaust kami!” seru demonstran.

Mereka juga menegaskan, lebih suka kematian daripada aturan Asad. Dikatakan, Asad menggusur demonstran Suriah ke Idlib dari seluruh negara. Asad membunuh anak-anak!

“Kekuatan Barat, jika Anda tidak menghentikan serangan Asad, gelombang pengungsi terbesar akan menyerbu Eropa,” adalah di antara tulisan yang ada di spanduk dan poster.

Baca Juga

“Kami tidak ingin menghancurkan perbatasan Turki. Tujuan kami dalam unjuk rasa ini adalah untuk mengirim pesan yang sangat kuat ke seluruh dunia dan memberi tahu mereka; jika kami memutuskan untuk bertindak, kami bertindak. Anak-anak dan perempuan kami dibunuh oleh rezim dan pesawat-pesawat tempur Rusia dengan darah dingin,” kata Dulama Ali, seorang penyelenggara unjuk rasa tersebut.

Perlu diketahui, Rusia dan Turki mencapai kesepakatan zona de-eskalasi (zona tak boleh menyerang) pada September 2018 lalu. Tetapi rezim Asad dan pesawat perang Rusia telah melanggar kesepakatan de-eskalasi. Mereka membunuh dan melukai ribuan warga sipil.

Serangan itu juga telah menggusur lebih dari 180.000 warga sipil untuk mengungsi, menurut PBB. Bahkan Warga setempat menyebut jumlahnya mencapai 500.000 pengungsi. (S)

Sumber: Orient-News

Baca Juga