Bayangan Penyiksaan Menghantui Mantan Tahanan Rezim Suriah
IDLIB (SALAM-ONLINE): Para tahanan mengalami berbagai jenis penyiksaan brutal dan sadis di ruang bawah tanah rezim Suriah yang tidak bisa dibayangkan oleh akal pikiran menusia, demikian menurut mantan tahanan yang dikutip kantor berita Anadolu, Selasa (2/7/2019).
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu, Muhammad Abdullah mengatakan dia ditangkap karena turut dalam unjuk rasa pada hari-hari awal revolusi Suriah pada 2011.
Abdullah ditahan bersama ibu dan ayahnya saat penggerebekan rezim di distrik Morik provinsi Hama utara pada 8 Juli 2011.
“Mereka membakar kendaraan ayah saya dan tokonya dan membawa kami ke unit intelijen di pangkalan militer Hama, tempat di mana 80 orang ditahan di sebuah bangsal yang sempit,” kenang Abdullah.
“Mereka menginterogasi kami bertiga,” katanya. “Kami dipukuli di hadapan satu sama lain.”
Abdullah mengatakan bahwa ia ditahan di sel penjara kecil kurang dari satu meter persegi selama 50 hari.
“Mereka (aparat rezim) hanya memberi saya sepotong roti dengan biji-bijian zaitun dari jendela sel,” kenangnya.
“Mereka menjatuhkan air (minum). Saya harus membuka mulut. Kalau tidak, saya akan mengalami dehidrasi,” kata Abdullah.
Setelah 50 hari ditahan, Abdullah dibawa ke bangsal di pangkalan militer Mezzeh.
Interogasi 68 hari
Mengungkap pengalaman dia diinterogasi selama 68 hari di bangsal, Abdullah mengatakan, “Suara mereka yang disiksa sangat mengerikan.”
“Mereka (aparat rezim) mengunci kami di sebuah ruangan, tempat di mana sekitar 800 tahanan dikurung tanpa pakaian. Pemandangannya mengerikan. Ada 60 anak di antara kami,” kenangnya.
“Banyak orang meninggal karena penyiksaan atau menjadi gila,” katanya.
“Sipir biasa memperkosa seorang anak dari bangsal kami setiap hari,” ungkapnya.
Suatu hari, Abdullah menceritakan, 40 orang dengan topeng dan pentungan menyerbu bangsal. Para tahanan berusaha melarikan diri. Berdesakan. Mereka memukuli kami sampai mati. “Dua puluh dua orang meninggal hari itu,” terang Abdullah seraya menambahkan bahwa kejadian ini akan selalu tetap dalam ingatannya.
Abdullah akhirnya dibebaskan dalam kondisi kesehatan yang buruk sebagai bagian dari pertukaran tahanan dengan rezim Suriah.
“Ginjal dan paru-paru saya terinfeksi. Saya muntah darah selama setahun,” ujarnya.
Kembali ke Suriah setelah dua bulan perawatan di Turki, Abdullah tidak dapat tidur secara teratur selama setahun.
Memperkosa
Seorang wanita, yang sebelumnya dipenjara oleh rezim Asad atas tuduhan membantu warga sipil yang terluka dalam serangan rezim, juga mendapatkan penyiksaan sadis selama penahanan di penjara rezim.
Meryem Hileyf ditahan pada 27 September 2012. Dia ditangkap dari rumahnya di provinsi Hama utara.
“Mereka menghancurkan hidupku. Kami merasakan sakit yang sama setiap hari,” kata Hileyf.
“Momen paling menyakitkan adalah ketika mereka ingin agar kita membuka pakaian. Kami pikir mereka tidak membuka pakaian kami untuk ditanyai,” katanya.
“Mereka menempatkan saya di sel kecil (bawah tanah).”
“Seorang penyiksa, bernama Letnan Kolonel Suleyman, biasa membawa gadis-gadis cantik ke kamarnya setiap hari tengah malam. Kami mendengar para gadis berteriak minta tolong, tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa,” sesalnya.
“‘Silakan Tentara Pembebasan Suriah (FSA/oposisi) datang dan menyelamatkan Anda’, kata mereka (aparat rezim) sambil menyiksa kami,” ungkap Hileyf.
Wanita Suriah itu dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan antara FSA (oposisi) dengan rezim Suriah.
“Suamiku menceraikanku. Ibuku sudah delapan tahun tidak berbicara denganku,” katanya.
Dia mengungkapkan telah menangisi penderitaannya selama delapan tahun. “Orang-orang bertanya kepada saya apakah saya diperkosa, alih-alih bertanya apakah saya perlu bantuan,” ujar Hileyf.
Memuji bantuan Turki, Hileyf mengungkapkan, “Saya telah mencoba bunuh diri tiga kali. Hanya Turki yang memperhatikan saya. Turki adalah ibu kedua saya.”
Suriah dilanda konflik yang menghancurkan negara itu sejak Maret 2011, ketika rezim Asad menindak demonstran yang menginginkan perubahan dengan tindakan yang sangat brutal.
Sejak itu, ratusan ribu orang telah terbunuh dan lebih dari 10 juta orang terlantar, menurut angka PBB. Sementara wanita dan anak-anak terus menanggung beban penuh dari konflik tersebut.
Menurut Gerakan Hati Nurani Internasional, sebuah LSM, lebih dari 13.500 wanita telah dipenjara sejak konflik Suriah dimulai. Dan, lebih dari 7.000 wanita masih ditahan. Mereka menjadi sasaran penyiksaan, perkosaan dan kekerasan seksual. (mus/salam)
Sumber: Anadolu