Aksi Teror di Masjid Prancis, 2 Jamaah Sedang Shalat Terluka
SALAM-ONLINE: Seorang pria berusia 84 tahun ditangkap setelah dia melakukan aksi terorisme dengan menembak dan melukai dua jamaah sebuah masjid di kota Bayonne, Prancis selatan, Senin (28/10/2019) sore, media setempat melaporkan.
Teroris itu, seorang mantan tentara, menembak jamaah di dalam masjid ketika mereka sedang shalat. Tembakan melukai dua pria lanjut usia, berusia 74 dan 78 tahun. Keduanya luka parah dan dibawa ke rumah sakit, tulis surat kabar Prancis, Sud Ouest.
Polisi mengatakan pelaku penyerangan mencoba membakar pintu masjid. Ketika aksinya itu diketahui, dia melepaskan tembakan. Pria itu kemudian membakar sebuah mobil sebelum melarikan diri, kata polisi.
Pelaku teror, yang belum diidentifikasi itu, ditangkap di rumahnya sekitar 10 kilometer jauhmya, di Saint-Martin-de-Seignanx, setelah melarikan diri dengan mobilnya dari tempat kejadian.
Polisi menemukan senjata dan granat di rumah penyerang itu, menurut laporan media setempat. Investigasi atas kasus penyerangan itu berlanjut.
Sebuah sumber kepolisian mengatakan kepada Reuters bahwa tersangka adalah seorang kandidat dalam pemilihan lokal di Landes pada 2015 untuk partai sayap kanan Marine Le Pen, Front National, yang namanya diubah kemudian menjadi National Rally.
Nicolas Bay dari National Rally mengonfirmasi kepada saluran TV Cnews bahwa tersangka adalah seorang kandidat dalam pemilihan lokal pada 2015. Tetapi dia kemudian mundur dari partai karena merasa visi partai tidak cocok dengannya. “Dia adalah seorang ekstremis yang tidak memiliki tempat di barisan kami,” kata Bay.
Dalam sebuah pernyataan, Rapat Umum Nasional mengatakan tersangka telah dicopot dari federasi lokalnya setelah pemilihan lokal 2015 karena pernyataannya “bertentangan dengan semangat dan garis politik” partai.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengutuk serangan “kebencian” itu. “Republik ini tidak akan pernah menolerir kebencian,” kata Macron. Dia berjanji untuk “melindungi sesama warga negara Muslim”. Macron mengatakan bahwa pikirannya ada pada para korban.
“Segala sesuatu akan dilakukan untuk menghukum para pelaku dan melindungi rekan-rekan kami yang Muslim,” katanya.
Menteri dalam negeri Prancis, Christophe Castaner, menyatakan “solidaritas dan dukungannya kepada komunitas Muslim” atas serangan itu. Dia mengatakan merasakan “keterkejutan dan ketakutan warga Muslim” .
Partai sayap kanan tempat tersangka dulu bernaung mengutuk serangan itu karena “benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai gerakan partai”. “Kejahatan-kejahatan ini harus ditangani dengan sangat tegas,” kata petinggi partai tersebut.
Beberapa jam sebelum serangan masjid di Bayonne, Presiden Macron bertemu dengan para pemimpin Muslim di Istana Élysée. Dia meminta komunitas Muslim Prancis untuk meningkatkan perang melawan “separatisme”. Macron menegaskan hal itu setelah serangan yang terjadi belum lama ini oleh seorang pegawai kepolisian yang teradikalisasi. Polisi yang terpapar paham kekerasan itu menikam empat rekan kerjanya di Paris hingga tewas.
Ada beberapa serangan terhadap masjid di Prancis dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2007, 148 batu nisan Muslim di pemakaman nasional dekat Arras diolesi dengan cercaan anti-Islam. Kepala babi ditaruh di tempat itu. Pada Maret tahun ini, para pekerja yang membangun sebuah masjid di barat daya kota Bergerac menemukan kepala babi dan darah binatang di pintu masuk tempat ibadah tersebut.
Sejumlah masjid juga menjadi sasaran setelah pembunuhan 12 orang di kantor majalah satir Charlie Hebdo pada 2015. Puluhan masjid diserang oleh para pelaku dengan batu, granat, tembakan dan membakarnya. (mus/salam)
Sumber: The Guardian