Teroris Sayap Kanan Swedia Seru Netizen Bakar Masjid dan Bantai Muslim
Majalah Expo mendokumentasikan rekaman percakapan kelompok anti-Islam di media sosial tertutup Swedia yang penuh dengan rasisme dan ancaman pembunuhan.
STOCKHOLM (SALAM-ONLINE): Kelompok teroris sayap kanan di Swedia memuntahkan kebencian mereka secara online. Mereka menyeru netizen (warga net) agar membakar masjid dan membantai umat Islam, demikian menurut laporan majalah Expo yang dikutip kantor berita Anadolu, Sabtu (14/12/2019).
Majalah ini berhasil mendokumentasikan korespondensi melalui media sosial tertutup dari 11 kelompok berbeda yang diikuti oleh 44.000 orang pengikut. Bahkan termasuk komentar dari seorang anggota Partai Demokrat Swedia yang dikenal karena retorika anti-migrannya.
Menurut laporan itu, target utama kelompok tersebut adalah Muslim, kaum migran, orang kulit hitam dan beberapa politisi kiri Swedia.
Pos-pos dalam kelompok-kelompok ini sebagian besar menyerukan pembunuhan terhadap Muslim di Swedia, membakar masjid dan menyerang jamaah dengan tembakan peluru mematikan.
Perdana Menteri Stefan Lofven, yang juga Ketua Partai Sosial Demokrat Swedia, disebut oleh kelompok tersebut sebagai pengkhianat yang harus dibunuh.
Psikolog Katie Cohen mengatakan bahasa yang digunakan dalam kelompok-kelompok ini menyerupai retorika yang digunakan oleh Nazi dalam Perang Dunia II dan pelaku Genosida Rwanda.
Cohen mengatakan komentar semacam itu dapat meradikalisasi sejumlah orang untuk melakukan tindakan kekerasan. Namun, hal itu tidak berarti semua anggota dalam kelompok ini akan berubah menjadi radikal atau melakukan aksi kekerasan.
Mikail Yuksel, seorang politikus kelahiran Turki yang mendirikan Partai Beragam Warna di Swedia, mengatakan laporan itu mengkhawatirkan. Dia mencemaskan para rasis sudah mulai lebih terorganisir menjalankan rencananya melalui internet.
Mengacu pada serangan Christchurch oleh seorang kulit putih di Selandia Baru yang menembak mati lebih dari 50 Muslim dan serangan terhadap masjid di ibu kota Norwegia, Oslo, Yuksel mengatakan para penyerang dipengaruhi oleh postingan di media sosial yang provokatif. Dari pengaruh postingan-postingan tersebut, para pelaku mulai memandang Muslim sebagai target (sasaran) yang harus dilenyapkan. (mus/salam)
Sumber: Anadolu