Rezim Suriah Paksa Warga Sipil Tinggalkan Rumah Mereka
Helikopter rezim melemparkan pernyataan tertulis di daerah pedesaan provinsi Aleppo barat laut dan di zona de-eskalasi Idlib.
SALAM-ONLINE: Rezim Basyar Asad di Suriah memaksa warga sipil di barat laut negara itu untuk meninggalkan rumah mereka pada saat gencatan senjata diberlakukan di wilayah tersebut, lapor koresponden Anadolu, Ahad (12/1/2020).
Helikopter rezim melemparkan pernyataan tertulis di daerah pedesaan provinsi Aleppo barat laut dan di zona de-eskalasi Idlib.
Pernyataan itu menyebut bahwa tidak ada perubahan keputusan untuk membersihkan Idlib dan Aleppo barat dari “teroris”. Pernyataan itu menegaskan bahwa kehadiran warga sipil menghalangi pasukan rezim dalam memerangi “teroris”.
Rezim Basyar Asad menggambarkan semua kelompok oposisi sebagai “organisasi teroris”.
Pada Jumat (10/1) lalu, Kementerian Pertahanan Turki mengumumkan bahwa Turki dan Rusia telah menyetujui implementasi gencatan senjata dalam zona de-eskalasi Idlib, menghentikan serangan udara dan darat, mencegah hilangnya nyawa dan arus migrasi/pengungsi baru. Ini dilakukan sebagai upaya untuk berkontribusi pada normalisasi hidup di kawasan tersebut.
Sebenarnya pada September 2018, Turki dan Rusia sudah sepakat untuk menjadikan provinsi Idlib sebagai zona de-eskalasi—yang melarang secara tegas tindakan agresi.
Namun seruan dan kesepakatan gencatan senjata terus dilanggar. Sejak perjanjian genjatan senjata dan zona de-eskalasi diberlakukan (September 2018) hingga saat ini, serangan rezim dan pasukan Rusia telah menewaskan lebih dari 1.300 warga sipil.
Lebih dari 1 juta warga Suriah telah bergerak ke dekat perbatasan Turki karena serangan hebat rezim dan Rusia selama setahun terakhir.
Menurut Koalisi Nasional untuk Pasukan Revolusioner dan Oposisi Suriah, provinsi Idlib adalah rumah bagi sekitar 3 juta warga sipil, 75% di antaranya wanita dan anak-anak. (mus)
Sumber: Anadolu