Turki Bertekad Pukul Mundur Pasukan Rezim Asad dari Idlib
“Masalah idlib tidak dapat diselesaikan jika rezim Basyar Asad tidak menarik diri dari wilayah yang ditentukan dalam perjanjian Sochi,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
SALAM-ONLINE: Turki kembali bertekad untuk memukul mundur pasukan rezim Suriah dari pos pemantau militer Turki di Idlib, Suriah barat laut, pada akhir Februari, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan, Sabtu (15/2/20).
“Masalah di Idlib tidak dapat diselesaikan jika pasukan rezim tidak mundur dari wilayah yang ditentukan dalam perjanjian Sochi,” tegas Erdogan pada upacara distribusi penghargaan yang diadakan direktorat provinsi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang memerintah di Istanbul.
“Kami akan senang jika kami bisa melakukan ini dengan dukungan teman-teman kami,” tambahnya.
Menggarisbawahi sikap tegas pihaknya untuk membersihkan Suriah dari teroris, dia mengatakan Turki telah berusaha untuk mencegah pendudukan dan pencaplokan wilayah-wilayah yang tengah dilanda perang itu.
“Tidak mungkin untuk mencegah gelombang migrasi baru ke perbatasan Turki dan memastikan kembalinya pengungsi Suriah dari Turki, kecuali masalah Idlib diselesaikan,” ujar Erdogan.
Pada Senin (10/2) lalu, lima tentara Turki gugur dan lima lainnya luka-luka dalam serangan pasukan rezim Asad di Idlib, menyusul serangan serupa pekan lalu yang menewaskan tujuh tentara dan seorang kontraktor sipil yang bekerja dengan militer Turki.
Turki telah membalas kedua serangan itu. Pasukan Turki berhasil menyasar sejumlah target dan melokalisir lebih dari 200 anggota pasukan rezim Basyar Asad.
Pasukan Turki berada di Idlib—yang dalam perjanjian merupakan zona gencatan senjata, berdasarkan kesepakatan antara Turki dan Rusia—sebagai bagian dari misi anti-teror dan perdamaian.
Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk menjadikan Idlib sebagai zona de-eskalasi yang melarang secara tegas tindakan agresi.
Tetapi setelah kesepakatan itu ditandatangani pihak rezim Asad dan Rusia sendiri yang melanggarnya. Lebih dari 1.800 warga sipil telah terbunuh dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia setelah kesepakatan itu dibuat. Rezim Suriah dan Rusia sendiri telah mencederai gencatan senjata 2018 yang telah disepakati dan yang baru yang kembali diperbarui pada 12 Januari 2020.
Akibat pelanggaran gencatan senjata dan zona de-eskalasi itu, lebih dari 1,7 juta warga Suriah telah mengungsi ke dekat perbatasan Turki karena serangan hebat selama setahun terakhir yang dilakukan rezim Asad dengan dukungan Rusia dan milisi Iran.
Turki sendiri tetap menjadi negara dengan pengungsi terbanyak di dunia, menampung lebih dari 3,7 juta migran sejak dimulainya perang Suriah pada Maret 2011. (mus)
Anadolu Agency