Jika AS & Sekutunya Langgar Perjanjian, Taliban Ancam Tingkatkan Serangan
Juru bicara Taliban menyebut AS dan sekutunya—pemerintahan boneka di Afghanistan—melanggar perjanjian damai.
SALAM-ONLINE: Taliban Afghanistan memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan serangan dengan skala besar jika perjanjian damai yang ditandatangani dengan AS pada Februari lalu dilanggar.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid seperti dilansir kantor berita Anadolu, Senin (6/4/20), menyebut pemerintah Afghanistan dukungan AS menunda pembebasan 5.000 anggota Taliban yang ditahan. Padahal sudah disepakati dalam perjanjian.
“Imarah (pemerintahan) Islam sejauh ini tetap berkomitmen pada isi perjanjian. Para pejabat AS juga mengakui bahwa Mujahidin Imarah Islam telah bertindak atas dasar kompromi,” kata Mujahid, merujuk pada Imarah Islam Taliban.
Saat pembicaraan terpisah intra-Afghanistan mengarah pada perjanjian dengan para pemimpin Afghanistan, ujar Mujahid, sebenarnya Taliban dapat menyerang pusat-pusat militer pemerintahan Kabul. “Tetapi Taliban telah menahan diri untuk tidak melakukannya,” terangnya.
“Amerika dengan militernya dan pemerintahan Afghan yang mereka dukung telah melakukan beberapa pelanggaran, termasuk tidak membebaskan 5.000 tahanan, melakukan serangan terhadap pusat-pusat Taliban serta serangan dan pengeboman terhadap permukiman sipil,” ungkap Mujahid.
Dia menyebut perjanjian yang berlaku untuk provinsi Afghanistan Helmand, Kandahar, Farah, Kunduz, Nangarhar, Paktia, Badakhshan, Balkh dan bagian lain negara itu, telah dilanggar.
Mujahid mendesak AS untuk menghormati isi perjanjian dan meminta sekutu-sekutunya di Afghanistan untuk mematuhi perjanjian dengan spirit penuh.
“Jika pelanggaran seperti itu terus berlanjut, ini akan menciptakan suasana ketidakpercayaan yang tidak hanya akan merusak perjanjian, tetapi juga memaksa Mujahidin untuk membalas hal serupa dan akan meningkatkan pertempuran,” katanya memperingatkan.
Sebelumnya Taliban menuntut pembebasan 5.000 pejuang mereka sebagai imbalan atas pembebasan 1.000 tawanan, termasuk pejabat pemerintah Afghanistan dukungan AS dan personel keamanan pemerintahan boneka tersebut.
Namun, pemerintah Afghanistan dukungan AS bersikeras membebaskan mereka secara bertahap bersamaan dengan pembicaraan intra-Afghanistan dan gencatan senjata. (mus)
Sumber: Anadolu