Dikecam, Wapres AS Langgar Aturan Kunjungi Klinik Corona tanpa Masker
SALAM-ONLINE: Wakil Presiden AS Mike Pence menuai badai kecaman di media sosial setelah ia terlihat pada Selasa (28/4/20) melanggar protokol aturan yang seharusnya dipatuhi saat mengunjungi rumah sakit swasta di Minnesota.
Pence, yang juga kepala Satuan Tugas Covid-19 Gedung Putih, saat mengunjungi Klinik Mayo di Minnesota bersama rombongannya adalah satu-satunya orang yang tidak mengenakan masker, meskipun ada peraturan wajibnya menggunakan alat pelindung di bagian wajah dari manajemen klinik tersebut.
Video yang beredar di media lokal dan sosial menunjukkan pertemuan Vence dengan pasien Corona, termasuk pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19, Dennis Nelson. Pence nampak Tanpa masker. Dia juga mengunjungi salah satu laboratorium, tempat dilakukannya tes Virus Corona.
Pence kemudian bergabung dalam diskusi di meja bundar dengan pejabat medis klinik tersebut. Semuanya mengenakan masker, kecuali Pence.
Pihak rumah sakit telah mentweet untuk memberitahu tentang kebijakan memakai masker sebelum kedatangannya. Tweet itu kemudian dihapus.
“Mayo Clinic telah memberi tahu @VP tentang kebijakan masker sebelum kedatangannya hari ini,” demikian tweet dari Klinik Mayo yang dikutip CNN, Rabu (29/4).
Pemakaian masker merupakan prosedur di fasilitas Rochester, Minnesota, yang terkenal sejak 13 April lalu. Mereka bahkan mengatakan menyediakan masker.
Tetapi ketika mengunjungi pusat donor darah dan plasma di dalam gedung, Mike Pence tidak mengenakan masker.
Padahal selain Pence, semua yang ada di ruangan itu, termasuk Dr Stephen Hahn, kepala Administrasi Makanan dan Obat-obatan, mengenakan masker.
Klinik Mayo menjelaskan kepada tim Pence dalam beberapa hari terakhir tentang kebijakan klinik itu yang mengharuskan pemakaian masker wajah, kata seseorang yang terlibat dalam perencanaan kunjungan.
Arahan itu dilakukan setelah Gedung Putih menghubungi klinik pekan lalu tentang kemungkinan kunjungan. Orang itu mengatakan ketika klinik memberi tahu Gedung Putih tentang kebijakan tersebut, tidak jelas apakah Pence akan memakai masker.
Sumber lain mengatakan, terlepas dari pembelaan Pence tidak mengenakan masker, staf Pence mengakui bahwa itu adalah kesalahan. Staf Pence mengakui seharusnya mereka memastikan dia mengenakan masker untuk menghindari laporan berita (negatif), menurut sumber itu.
Pence memang menghindari berjabat tangan, tetapi ia tidak mengenakan masker saat mengucapkan terima kasih kepada para pekerja dan ketika berdiskusi dengan administrator rumah sakit serta berbicara dengan seorang karyawan Klinik Mayo yang menyumbangkan plasma setelah didiagnosis dengan Covid-19 pada akhir Maret.
Wakil Presiden Mike Pence pada Selasa (28/4) menanggapi kritik bahwa dia menentang kebijakan Klinik Mayo dengan tidak mengenakan masker selama kunjungannya itu dengan mengatakan dia mematuhi pedoman federal dan merasa tugasnya untuk berbicara dengan pekerja di fasilitas tanpa dibebani oleh penutup wajah.
Pence juga mengatakan ia tak mengenakan masker karena tidak terinfeksi virus tersebut. Pernyataan Pence tentu saja dinilai lucu. Sebab, meskipun tidak positif terinfeksi Corona, tetap saja harus mengenakan masker sebagai alat pelindung diri.
Ribuan orang mengecam Pence dan manajemen Klinik Mayo karena mengizinkan Wakil Presiden Trump itu masuk tanpa alat pelindung masker. Masker tentu saja sangat diperlukan, apalagi saat ini AS adalah negara yang menjadi pusat Virus Corona. Hampir sepertiga dari semua kasus yang terinfeksi virus ini secara global terdapat di AS. Seperempat di antaranya meninggal.
Pence dipilih oleh Presiden AS Donald Trump sebagai calon wakil presiden untuk mendampinginya sebagai capres pada 2016 terutama karena hubungan Vence yang mendalam dengan basis Katolik evangelikal di negara itu.
“Saya seorang Kristen, konservatif, dan seorang Republikan—dalam urutan itu,” kata Vence di hadapan massa evangelis di Iowa pada Januari lalu.
Langkah semberono dari Pence berlangsung di hari yang sama dengan sebuah jajak pendapat Emerson College yang mengungkapkan penurunan 10% atas kepercayaan dalam penanganan pandemi oleh Presiden AS.
Jajak pendapat yang dilakukan pada 26-28 April dengan 1.200 responden Amerika itu menemukan bahwa 51% orang di negara itu tidak setuju dengan model penanganan virus oleh Presiden Trump. Penolakan ini melonjak 10% dari 41% pada Maret lalu.
Menurut data dari Johns Hopkins University yang berbasis di AS, sekarang ada lebih dari 1 juta kasus infeksi Virus Corona di AS. Dari jumlah itu, lebih 58.300 orang meninggal. (mus)
CNN, Anadolu