382 Rohingya Diselamatkan dari Laut Setelah Gagal Mencapai Malaysia

Ratusan etnis Rohingya diselamatkan dari laut dan ditempatkan di bawah perlindungan UNHCR. Bangladesh mengevakuasi 382 orang Rohingya yang terkatung-katung di laut hampir 2 bulan setelah gagal mencapai Malaysia.

SALAM-ONLINE: Penjaga pantai Bangladesh berhasil menolong dan mengevakuasi etnis Rohingya setelah mereka terkatung-katung saat melakukan perjalanan laut selama hampir dua bulan. Kini ratusan Rohingya yang ingin mengungsi ke Malaysia itu berada di bawah pengawasan badan pengungsi PBB, UNHCR.

“Perhatian utama kami adalah kesehatan langsung dan kebutuhan pertolongan pertama terhadap mereka. LSM dan mitra di lapangan kami telah menyediakan makanan dan dukungan lainnya dalam semalam,” kata juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Louise Donovan, kepada Anadolu Agency (AA) dalam sebuah pernyataan tertulis, Kamis (16/4/20).

Sebanyak 382 etnis Rohingya yang tertindas mencoba melarikan diri ke Malaysia melalui rute laut yang berisiko. Mereka mendapatkan pertolongan di Cox’s Bazar, Bangladesh selatan, Rabu (15/4) malam. Namun sekitar 30 orang dilaporkan meninggal dalam perjalanan.

“Kami memahami bahwa pria, wanita dan anak-anak ini berada di laut selama hampir dua bulan dalam kondisi yang mengerikan. Banyak dari mereka yang kekurangan gizi dan mengalami dehidrasi,” kata Donovan.

Dia menyatakan bahwa pihaknya tengah mencari informasi lebih lanjut dari pemerintah setempat.

Baca Juga

Sejumlah orang Rohingya frustrasi atas rencana repatriasi damai (pemulangan kembali secara damai) yang tidak pasti ke negara asalnya, Myanmar. Mereka mencoba meninggalkan Bangladesh untuk pergi ke negara lain demi masa depan yang lebih baik.

Pada Februari lalu, 15 warga Rohingya meninggal di Teluk Benggala ketika sebuah kapal yang membawa sekitar 130 Rohingya terbalik. Mereka juga mau menuju Malaysia melalui rute laut dengan penuh risiko yang sama.

Sekitar satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh selatan. Mereka melarikan diri dari aksi pembersihan etnis dan teror di negara mereka sendiri, Myanmar pada 2017. PBB menyebut mereka sebagai etnis paling teraniaya (tertindas) di dunia. (mus)

Sumber: Anadolu

Baca Juga