Cendekiawan Malaysia-Indonesia Dukung Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid

SALAM-ONLINE: Kelompok Ulama/Cendekiawan Malaysia dan Indonesia mendukung keputusan Turki mengembalikan fungsi Hagia Sophia (Aya Sofia) sebagai Masjid.

“Langkah untuk membuka kembali Hagia Sophia sebagai Masjid secara historis dan faktual dibenarkan,” kata sebuah kelompok cendekiawan Malaysia, Selasa (28/7/20).

Dalam sebuah pernyataan, Gerakan untuk Masyarakat Informasi Malaysia atau WADAH mengatakan bahwa pihaknya mengapresiasi dibukanya kembali Hagia Sophia sebagai Masjid.

Seperti diketahui, pada 3 Dzulhijjah 1441 H/24 Juli 2020 M, shalat Jumat digelar untuk pertama kalinya di Masjid Agung Hagia Sophia setelah 86 tahun Masjid bersejarah di Istanbul ini dimuseumkan oleh rezim sekuler Turki pada 1934 M.

“Kami menghargai dan memuji Presiden Recep Tayyip Erdogan atas kepemimpinan dan keberaniannya yang telah lama memberi inspirasi bagi dunia Muslim,” kata Presiden WADAH Ahmad Azam Abd Rahman.

Sekitar 350.000 Muslim ambil bagian dalam shalat Jumat pada 24 Juli lalu. Ratusan ribu jamaah membeludak, baik di dalam maupun di luar Masjid bersejarah di kota metropolis terbesar di Turki itu.

Sebelumnya Pada 10 Juli, Pengadilan Tinggi Turki membatalkan dekrit Kabinet rezim sekuler pada 1934 yang mengubah Masjid Hagia Sophia (Aya Sofia) menjadi museum. Dengan pembatalan dekrit itu, maka jalan untuk difungsikannya kembali Hagia Sophia sebagai Masjid pun kembali terbuka.

Sebelum jadi Masjid, Hagia Sophia berfungsi sebagai gereja selama 916 tahun hingga kota Konstantinopel (Istanbul) ditaklukkan oleh Panglima Islam Muhammad Al Fatih pada 1453. Sejak 1453 hingga 1934—hampir 500 tahun—Hagia beralih fungsi menjadi Masjid.

Namun ketika kekhilafahan Turki Utsmani runtuh pada 1924, 10 tahun kemudian, yaitu tahun 1934, rezim sekuler Turki di bawah Mustamal Kemal, menjadikannya sebagai museum. Barulah di era kepemimpinan Presiden Erdogan, setelah 86 tahun berlalu, umat Islam, baik di Turki maupun di dunia Islam umumnya, merasa bahagia setelah Hagia Sophia kembali berfungsi sebagai Masjid.

Pada 1985, selama menjadi museum, Hagia Sophia dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.

Selain menjadi Masjid, Hagia Sophia juga merupakan salah satu tujuan wisata utama Turki. Karena itu, Masjid bersejarah ini akan tetap terbuka untuk wisatawan dalam negeri dan asing.

Masjid Hagia Sophia Menaikkan Martabat Muslim

Baca Juga

Secara terpisah, sebuah kelompok cendekiawan (Ulama) di provinsi paling utara Indonesia juga menyambut baik dibukanya Masjid Hagia Sophia.

Tengku Bulqaini Tanjungan, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama, Tengku Bulqani, pada Senin (27/7) mengatakan, Turki di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan, telah menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia Islam, membantu yang lemah di berbagai belahan dunia.

“Kalau begitu, tidak ada alasan untuk tidak mendukungnya dalam kebijakan terhadap Hagia Sophia,” katanya kepada Anadolu Agency.

Menyoroti bahwa Hagia Sophia di kota Istanbul itu telah menjadi Masjid selama berabad-abad sebelum diubah menjadi museum, Tanjungan mengatakan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh menyambut baik keputusan Turki itu.

Menurutnya, keputusan itu dapat dilihat sebagai upaya untuk menaikkan kehormatan/martabat umat Islam di kancah internasional.

“Muslim di Turki mampu menyingkirkan intervensi asing yang telah membelenggu tekad umat Islam untuk bangkit,” ujarnya.

Sementara Teuku Zulkhairi, seorang akademisi di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Aceh, mengatakan Turki sekarang berangsur-angsur bangkit dari keterpurukan yang panjang.

“Sekarang, Turki adalah negara penting dan tidak dapat didikte oleh negara-negara lain, termasuk dalam kasus Hagia Sophia,” kata Zulkhairi kepada Anadolu Agency.

Dia mengatakan kemarahan yang ditunjukkan oleh Yunani terhadap Turki atas keputusan tersebut memperlihatkan cara berpikir yang sangat tidak toleran di Barat.

“Yunani dan negara-negara Barat lainnya telah mempertanyakan Turki karena mengubah Hagia Sophia kembali menjadi Masjid. Tetapi pada saat yang sama, mereka telah mengubah ratusan masjid peninggalan Ottoman menjadi gereja,” sesalnya. (mus)

Baca Juga