UEA Berkhianat Bangun Hubungan dengan Zionis, Saudi & Liga Arab Bungkam

SALAM-ONLINE: Liga Arab dan Arab Saudi tetap bungkam terkait kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA dengan Zionis penjajah.

Di antara negara-negara Teluk, sekutu dekat Arab Saudi, Bahrain, menjadi yang pertama memberi ucapan selamat kepada UEA atas kesepakatan tersebut. Selanjutnya Oman menyusul mengucapkan selamat kepada UEA setelah Bahrain.

Mesir pun mengungkapkan kepuasannya dengan kesepakatan itu.

Sebaliknya Turki, Palestina, Iran dan Libya. Negara-negara ini mengutuk kesepakatan UEA dengan perampok tanah Palestina tersebut.

Namun, seperti dilansir kantor berita Anadolu Sabtu (15.8/20), tidak ada pernyataan dari Arab Saudi dan Liga Arab terkait kesepakatan itu. Kedua pihak bungkam.

Arab Saudi, salah satu sekutu dekat UEA, sampai sekarang tidak mengomentari kesepakatan itu.

Juga, belum terdengar kecaman atau reaksi dari Liga Arab. Seperti halnya Saudi, Liga Arab juga memilih untuk tetap diam. Ironis!

Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit harus mengundurkan diri jika dia tidak membuat pernyataan yang mengecam kesepakatan tersebut.

Mesir

Presiden rezim ilegal Mesir, Abdul Fattah el-Sisi menunjukkan kegembiraannya dengan kesepakatan tersebut melalui Twitter.

“Saya mengikuti dengan penuh minat dan penghargaan atas pernyataan bersama antara Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan ‘Israel’ (Zionis penjajah, red) untuk menghentikan aneksasi ‘Israel’ atas tanah Palestina dan mengambil langkah-langkah untuk membawa perdamaian di Timur Tengah,” tulisnya.

Badan resmi UEA, WAM, menulis bahwa el-Sisi menelepon Putra Mahkota Abu Dhabi (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MbZ) untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya.

Mesir adalah negara Arab pertama yang menormalisasi dan menjalin hubungan diplomatik dengan Zionis penjajah pada 1979.

Bahrain

Lembaga resmi negara Bahrain, BNA, menyatakan bahwa kesepakatan itu digambarkan sebagai “historis” dan akan memperkuat “stabilitas kawasan”.

BNA juga memuji upaya AS untuk memastikan kesepakatan tersebut.

Setelah UEA, Bahrain diperkirakan akan menandatangani kesepakatan yang sama: menormalkan hubungan diplomatik dengan penjajah (Zionis), demikian menurut media Zionis penjajah.

Oman

Baca Juga

“Seorang juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri Oman mengungkapkan dukungan Kesultanan (Oman) terhadap keputusan UEA mengenai hubungan dengan Zionis (penjajah) dalam kerangka deklarasi bersama bersejarah antara UEA, Amerika Serikat dan Zionis,” demikian pernyataan yang diterbitkan badan resmi negara kesultanan itu.

Palestina

Sementara Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) menggambarkan “normalisasi” hubungan dengan penjajah (Zionis) itu sebagai pisau belati di punggung rakyat Palestina.

Otoritas Palestina menekankan bahwa UEA mencapai kesepakatan dengan imbalan penangguhan sementara aneksasi (pencaplokan) Tepi Barat yang diduduki oleh Zionis. Dan kesepakatan itu dicapai dalam bayangan rencana Zionis untuk mengangkangi Masjid Al-Aqsha.

Faksi Palestina lainnya, termasuk HAMAS, Fatah dan Gerakan Islam lainnya mengecam kesepakatan tersebut.

Iran

Hossein Amirabdollahian, penasihat kebijakan luar negeri tertinggi untuk ketua parlemen Iran, mengkritik UEA dan menyebut “Perilaku Abu Dhabi (UEA) tidak memiliki legitimasi (yang) kembali pada perjuangan Palestina”.

Amirabdollahian mengatakan langkah untuk menormalisasi hubungan dengan Zionis tidak akan memenuhi tujuan “perdamaian dan keamanan”. “Tetapi hanya akan melayani kepentingan Zionis yang melakukan kejahatan,” kata Amirabdollahian.

Libya

“Perjanjian (kesepakatan) itu adalah bentuk pengkhianatan,” kata Anggota Dewan Kepresidenan Libya, Mohamed Amari, kepada stasiun TV Al Jazaeera.

“Ini adalah pengkhianatan UEA yang tidak mengejutkan. Dengan perannya yang merusak Libya, Suriah dan Yaman, ini adalah hasil yang wajar dari embargo yang dikenakan pada Qatar, Palestina dan negara-negara merdeka di kawasan itu,” ucap Amari.

Yordania

Yordania, negara Arab kedua yang memiliki hubungan diplomatik dengan Zionis, juga mengutuk perjanjian tersebut.

“Jika ‘Israel’ (Zionis, red) melihat perjanjian itu sebagai insentif untuk mengakhiri pendudukan dan mengembalikan hak rakyat Palestina untuk bebas dan mendirikan negara merdeka sesuai perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya, maka wilayah itu akan bergerak menuju perdamaian yang adil. . Namun, jika ‘Israel’ tidak melakukan ini, konflik akan memperdalam dan mengancam seluruh wilayah,” kata Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman al-Safadi.

Seperti diberitaka, Zionis penjajah dan UEA mencapai kesepakatan pada Kamis (13/8/20) untuk memulihkan hubungan diplomatik. UEA menjadi negara Arab ketiga yang mengakui Zionis “Israel” setelah Yordania dan Mesir.

Kesepakatan itu ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump melalui telepon dengan Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi, UEA, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan. (mus)

Sumber: Anadolu

Baca Juga