Menyongsong Kepemimpinan Dewan Da’wah Melewati Masa Transisi

Catatan Imanuddin Kamil*

Menara Dewan Da’wah dengan latar Masjid Al-Furqon, Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat

SALAM-ONLINE.COM: Usia Dewan Da’wah sudah 53 tahun. Dalam perjalanannya telah mengalami pasang surut dan peralihan kepemimpinan yang silih berganti.

Periode kepemimpinan tahun ini menjadi penting karena di usianya kini, Dewan Da’wah tengah berada di “persimpangan jalan”.

Selama 53 tahun kiprah Dewan Da’wah, jika dibagi dalam periodesasi kepemimpinannya, dapat dipetakan dalam dua masa. Pertama, adalah masa ta’sis dan nasy’ah (pembentukan dan pengembangan). Masa ini diawali dari sejak berdirinya Dewan Da’wah hingga berpulangnya sang penta’sis Dewan Da’wah Dr Mohammad Natsir Allahuyarham.

Usia periode pertama ini hampir setengahnya. Yaitu dari tahun berdiri 1967 hingga 1993, tahun wafatnya Pak Natsir. Dan dalam masa periode ini selama 26 tahun hanya ada satu pemimpin sebagai ketua umum, yaitu Pak Natsir sendiri.

Setelah Pak Natsir wafat, maka Dewan Da’wah masuk pada periode kedua, yaitu periode tatsbit sebagai periode melanjutkan dan mengukuhkan. Diawali sejak 1993 hingga tahun ini, 2020. Kurang lebih 27 tahun masanya. Disebut periode melanjutkan karena memang yang kemudian menjadi pemimpin Dewan Da’wah berikutnya adalah para sahabat, rekan dan murid pelanjut perjuangan Pak Natsir.

Jika pada periode pertama selama berlangsung hanya ada satu pemimpin (ketua umum) untuk masa 26 tahun. Maka pada periode kedua dalam kurun 27 tahun Dewan Da’wah silih berganti dipimpin oleh 6 orang ketua.

Pak Anwar Haryono yang menggantikan Pak Natsir tahun 1993. Lalu menyusul berikutnya Pak Affandi Ridwan, kemudian Pak Kholil Badawi, selanjutnya Pak Hussein Umar, disusul Pak Syuhada Bahri dan seterusnya Pak Siddiq menutup masa kepengurusan tahun 2020.

Yang menarik untuk dicatat dalam proses pergantian kepemimpinan Dewan Da’wah pada periode kedua ini, bahwa para ketua itu menggantikan kepemimpinan sebelumnya, awalnya adalah disebabkan ketua sebelumnya meninggal dunia. Itulah yang terjadi dari sejak Pak Anwar memimpin sampai masa kepemimpinan Ustadz Syuhada Bahri menggantikan Pak Hussein Umar yang wafat saat itu (2007).

Baca Juga

Mungkin hanya pada periode 2015-2020 kepemimpinan Dewan Da’wah dihasilkan melalui proses pemilihan yang cukup alot.

Kini menjelang memasuki usianya yang ke-54 (Februari 2021), Dewan Da’wah bisa dibilang tengah memasuki periode yang ketiga. Periode yang boleh disebut sebagai masa “persimpangan jalan”.

Tentu sebuah periode sejarah yang pasti dilewati sebuah organisasi. Apapun nama dan bentuknya organisasi tersebut, pada saatnya akan memasuki masa yang disebut sebagai persimpangan jalan dan transisi, yaitu kala usia organisasi mulai menua, sementara para perintis sudah mulai tiada. Krisis kepemimpinan pun mulai terasa. Dan pada saat bersamaan para kader pelanjut belum siap (dipersiapkan) secara matang menggantikan peran para orang tua yang telah tiada.

Begitulah kurang lebih masa transisi yang tengah dialami Dewan Da’wah. Berhasilkah masa transisi dilalui? Tentu akan sangat ditentukan oleh proses musyawarah penentuan/pemilihan para pimpinan yang akan menakhodai Dewan Da’wah ke depan.

Yang pasti dalam perjalanan sebuah organisasi di masa transisi, hanya ada tiga kata kunci yang dapat membawa organisasi tersebut berhasil melewati masa transisinya dengan baik (jika ada keempat, kelima dan seterusnya, itu bonus saja).

Pertama, sikap ikhlas yang diwujudkan dalam kelapangdadaan para warganya. Kedua, sikap ukhuwwah yang ditunjukkan dalam kebersamaan gerak dan langkah. Dan ketiga, ta’awun, yang dibuktikan dalam sikap saling bekerja sama dan kolaborasi.

Semoga Dewan Da’wah sukses melenggang memasuki usianya yang ke-54. Dan berhasil melahirkan kepemimpinan ideal yang dapat membawa biduk da’wah seperti yang dicita-citakan para pendirinya.

Wallahu a’lam bis-shawab.

*Penulis Ketua Dewan Da’wah Karawang, Jawa Barat)

Baca Juga