Normalisasi Hubungan Sudan-Zionis: Menikam Palestina dari Belakang

Sudan, secara teknis berperang dengan Zionis sejak 1948, telah menjadi negara Arab kelima yang menjalin hubungan diplomatik dengan penjajah dan penjarah Tanah Palestina. (AFP)

SALAM-ONLINE.COM: Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Sudan telah setuju untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Zionis. Tetapi Palestina mengecamnya sebagai sebuah langkah “tikaman baru dari belakang”.

Langkah normalisasi hubungan itu diumumkan menyusul keputusan Washington untuk menghapus Sudan dari daftar Sponsor Terorisme, seperti dilansir Middle East Eye (MEE), Sabtu (24/10/20).

Sudan, secara teknis berperang dengan Zionis Yahudi sejak 1948, sekarang malah menjadi negara Arab kelima yang menjalin hubungan diplomatik dengan penjajah tersebut.

Zionis penjajah menandatangani perjanjian diplomatik yang dimediasi AS dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain bulan lalu. Langkah ini melanggar konsensus lama di antara negara-negara Arab bahwa normalisasi itu harus bergantung pada resolusi terhadap pendudukan dan pembentukan negara Palestina merdeka.

Muncul spekulasi bahwa Sudan mau membuat kesepakatan normalisasi hubungan dengan Zionis itu dengan imbalan penghapusan negara tersebut dari daftar terorisme versi AS. Tetapi pada Senin lalu, Trump mengatakan bahwa penghapusan Sudan dari daftar sponsor terorisme dilakukan dengan imbalan pembayaran $335 juta kepada “korban teror dan keluarga korban di AS”.

Lalu, bagaimana reaksi internasional terhadap kesepakatan Sudan-Zionis ini?

Palestina

Para pemimpin Palestina mengutuk keras kesepakatan antara Sudan dengan Zionis penjajah itu. Mereka juga menyatakan penolakan terhadap kesepakatan normalisasi Zionis dengan UEA dan Bahrain.

“Negara Palestina hari ini menyatakan kecaman dan penolakannya terhadap kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Zionis penjajah yang merebut tanah Palestina,” kata kantor Presiden Mahmoud Abbas dalam sebuah pernyataan.

“Tidak ada yang memiliki hak untuk berbicara atas nama rakyat Palestina dan perjuangan Palestina,” lanjut pernyataan itu.

Di Ramallah, Tepi Barat yang diduduki pada Jumat (23/10), pejabat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Wasel Abu Youssef mengatakan keputusan itu “tidak akan menggoyahkan keyakinan rakyat Palestina pada perjuangan mereka dan dalam melanjutkan perjuangan mereka”.

“Bergabungnya Sudan dengan empat negara lainnya yang menormalisasi hubungan dengan Zionis penjajah, ini merupakan tikaman baru di belakang rakyat Palestina dan pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina yang adil,” kata Abu Youssef.

Kelompok perlawan Palestina, Hamas, yang memerintah di Jalur Gaza, menyatakan kesepakatan itu adalah “dosa politik” yang hanya menguntungkan perdana menteri penjajah tersebut.

“Kesepakatan (Sudan) itu merugikan rakyat Palestina kami dan tujuan adil mereka, dan bahkan merugikan kepentingan nasional Sudan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

“Ini hanya menguntungkan Perdana Menteri Penjajah Benjamin Netanyahu,” demikian Hamas

Iran

Iran, yang telah menjadi pendukung setia perjuangan Palestina sejak Revolusi 1979, tetap berada dalam daftar hitam sebagai negara sponsor terorisme versi AS. Iran mengatakan Sudan telah membayar harga yang “memalukan” untuk dikeluarkan dari daftar hitam “palsu”.

“Bayar tebusan yang cukup, tutup mata Anda pada kejahatan terhadap Palestina, maka Anda akan dikeluarkan dari apa yang disebut daftar hitam ‘terorisme’. Jelas daftar itu sama palsunya dengan perang AS melawan ‘terorisme’. Memalukan!” kata kementerian luar negeri Iran.

Baca Juga

Amerika Serikat

“Kemenangan besar hari ini untuk Amerika Serikat dan untuk perdamaian di dunia,” cuit Presiden Trump, yang akan menghadapi pemilu pada 3 November mendatang.

“Sudan telah menyetujui perjanjian perdamaian dan normalisasi hubungan dengan Zionis, dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain. Tiga negara Arab telah melakukannya hanya dalam beberapa minggu. Lebih banyak lagi akan menyusul!” ujar Trump.

Jerman

Jerman menyambut baik kesepakatan itu sebagai pendorong stabilitas di Timur Tengah dan memberikan apresiasi atas peran AS dalam memediasi normalisasi hubungan itu.

“Menyusul perjanjian normalisasi Zionis dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab, ini adalah langkah penting lainnya menuju stabilitas yang lebih besar dan hubungan yang lebih damai antara Zionis dan tetangga Arabnya,” kata kementerian luar negeri Jerman.

“AS telah memainkan peran penting dalam menengahi perjanjian ini, yang pantas mendapatkan ucapan terima kasih dan pengakuan.”

Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab (UEA), yang menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Zionis pada September 2020 lalu, menyambut baik keputusan Sudan untuk menjalin hubungan yang merupakan hari “bersejarah” itu.

“Keputusan Sudan dalam memulai hubungan dengan Zionis merupakan langkah penting untuk meningkatkan keamanan dan kemakmuran di kawasan itu,” kata kantor berita resmi WAM, mengutip keterangan kementerian luar negeri UEA.

Pencapaian ini bertujuan untuk memperluas cakupan kerja sama ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan diplomatik.

Bahrain

Bahrain, yang mengikuti UEA dalam mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Zionis, memuji deal antara Sudan dan penjajah tersebut.

Bahrain menggarisbawahi dukungannya sebagai upaya Sudan “Untuk menjalankan peran aktif dan konstruktif dalam komunitas internasional,” demikian pernyataan kementerian luar negeri Bahrain.

Mesir

Pemimpin rezim berdarah Mesir Abdel Fattah el-Sisi, sekutu dekat AS yang negaranya pada 1979 menjadi negara Arab pertama yang berdamai dengan Zionis, dengan cepat memuji kesepakatan antara Sudan dengan sang penjajah.

“Saya menyambut baik upaya bersama Amerika Serikat, Sudan dan Zionis terkait normalisasi hubungan antara kedua pihak,” kata Sisi di akun Twitternya.

“Saya menghargai semua upaya yang ditujukan untuk mencapai stabilitas dan perdamaian regional,” demikian tweetnya. (mus)

Baca Juga