Mau Lanjutkan Hubungan, Zionis Tuntut Turki Tutup Kantor Hamas di Istanbul

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) berjabat tangan dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh (kiri) saat pertemuan mereka di Istanbul, Turki, pada 1 Februari 2020 lalu. (Foto: Murat Kula/Anadolu Agency)

SALAM-ONLINE.COM: Zionis penjajah mau melanjutkan hubungan dengan Turki. Namun penjajah tersebut menuntut Turki untuk menutup kantor Hamas Palestina di Istanbul. Zionis menyatakan tidak mengirim duta besarnya kembali ke Ankara, kecuali pemerintah Turki menutup kantor Hamas tersebut, lansir Middle East Monitor (MEMO), Selasa (19/12021).

Pada 2019, beberapa tokoh senior Hamas Palestina menjadikan Istanbul sebagai tempat beraktivitas yang aman. Kemudian pada Oktober tahun 2020 lalu, Times of Israel melaporkan bahwa gerakan perlawanan itu telah mendirikan kantor di kota tersebut, serta fasilitas rahasia yang diduga digunakan untuk melakukan serangan dunia maya terhadap Zionis.

Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah menunjukkan sebagai pendukung perjuangan Palestina dan memutuskan hubungan dengan Zionis pada 2018 ketika AS dan beberapa negara lain mulai mengakui Yerusalem sebagai ibu kota penjajah tersebut.

Sebagai pengganti strategi pembebasan: Pemilu Palestina dirancang untuk mengulur waktu Pada Agustus tahun lalu. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjamu delegasi Hamas yang dipimpin oleh kepala Biro Politiknya, Ismail Haniyeh. Washington mengutuk pertemuan itu.

Baca Juga

Turki juga tampil sebagai mediator antara faksi Palestina, Hamas dan Fatah, yang memungkinkan mereka untuk bertemu dan bernegosiasi di Istanbul September 2020 lalu. Faksi-faksi tersebut mencapai kesepakatan untuk menggelar dialog nasional. Namun, setelah pembicaraan itu, Hamas dituduh menunda konfirmasi kesepakatan tersebut.

Pada November lalu gerakan tersebut mengatakan bahwa proses rekonsiliasi berantakan ketika Fatah dan Otoritas Palestina kembali ke kebijakan kerja sama keamanan dengan Zionis penjajah. Sejak akhir tahun lalu, muncul laporan tentang Turki dan penjajah tersebut yang menjalin kembali hubungan dan mengembalikan duta besar satu sama lain ke jabatan mereka.

Meskipun demikian, Erdogan menyebut Turki “tak dapat menerima” perlakuan Zionis terhadap Palestina dan menegaskan kembali bahwa kebijakan Palestina adalah “garis merah”. Merespons kondisi normalisasi Zionis, Turki membalas dan mengatakan bahwa mereka juga memiliki kondisinya sendiri.

“Hubungan akan menjadi normal jika Zionis menghentikan tindakan ilegalnya seperti aneksasi terhadap Palestina,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. “Tanpa ini, hubungan akan berjalan menyamping,” tegasnya. (mus)

Baca Juga