Korban Bertambah Terus, Sejak Kudeta Militer 183 orang Tewas di Myanmar
SALAM-ONLINE.COM: Sebuah organisasi hak asasi manusia (HAM) pada Selasa (16/3/2021) mengumumkan bahwa setidaknya 183 orang telah tewas di Myanmar sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari lalu di negara itu. Senin (15/3) kemarin 20 orang menyusul tewas.
“Korban meningkat drastis,” kata Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) dalam laporannya yang dikutip Kantor Berita Anadolu, Selasa (16/3).
Hingga 15 Maret, total 2.175 orang ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman oleh otoritas sehubungan dengan kudeta pada 1 Februari, kata AAPP.
Para korban sebagian besar adalah pengunjuk rasa anti-kudeta. AAPP mengatakan pihaknya juga telah mendokumentasikan pembunuhan lainnya yang tidak terlibat dalam demonstrasi.
Dilaporkan bahwa junta militer juga telah mematikan koneksi internet seluler di seluruh negeri sejak tadi malam dan memutus aliran listrik di beberapa kota.
“Kekerasan dan pelanggaran HAM ini bisa menjadi lebih buruk di saat kegelapan malam, tanpa komunikasi online. Itu juga dimaksudkan untuk melemahkan orang-orang yang berkoordinasi untuk menyerang,” kata AAPP.
Rezim kudeta Myanmar memberlakukan darurat militer di sembilan kota lagi di kota Yangon dan Mandalay pada Senin, sehari setelah pasukan keamanan menembak hampir 40 demonstran yang menuntut pemulihan pemerintahan sipil.
Saluran TV yang dikelola negara MRTV dan Myawaddy mengumumkan bahwa junta memproklamasikan darurat militer di kota-kota Aungmyay Thazan, Chan Aye Thazan, Maha Aung Myay, Pyi Gyi Tagon dan Chan Mya Thazi di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu.
Darurat militer juga diumumkan di kota-kota Dagon Utara, Okalapa Utara, Dagon Selatan dan Dagon Seik Kan Yangon, demikian menurut televisi yang dikelola rezim. (mus)