Netanyahu Lengser, Penggantinya Lebih Gila Lagi Menolak Negara Palestina

Naftali Bennett (kiri), pemimpin partai kecil garis keras, Yamina, setelah membentuk koalisi yang terdiri dari partai-partai dan anggota parlemen (Knesset), berhasil menggusur Benjamin Netanyahu (kanan) sebagai perdana menteri penjajah yang baru dengan kemenangan tipis. (Foto: Meriam Alster/Flash90)

SALAM-ONLINE.COM: Setelah 12 tahun menjadi perdana menteri penjajah, akhirnya Benjamin Netanyahu lengser, Ahad (13/6/2021). Ia kalah tipis (59-60) dari rivalnya, Naftali Bennett.

Parlemen Zionis menyetujui Naftali Bennett sebagai perdana menteri baru penjajah itu. Bennett akan menjalankan kepemimpinan penjajah selama dua tahun. Sesuai perjanjian pemilu, setelah dua tahun, pemimpin koalisi penjajah, Yair Lapid, akan mengambil alih jabatan perdana menteri tersebut.

Bennett (49), dikenal selama dekade terakhir sebagai politisi sayap kanan garis keras yang sangat mendukung pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki penjajah. Pidato-pidatonya dipenuhi kebencian terhadap orang Palestina. Karena itu, Bennet dengan keras menolak konsep negara Palestina.

Bennett memasuki kancah politik pada tahun 2005 sebagai wakil pemimpin Partai Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu. Sejak itu dia memegang banyak posisi, termasuk peran utamanya di kementerian pertahanan, ekonomi dan pendidikan.

Bennett berpendapat bahwa Zionis harus mencaplok bagian dari wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat.

Pada tahun 2012 ia terpilih sebagai pemimpin Partai Rumah Yahudi. Namun pada 2020 dia membentuk partai sayap kanan Yamina. Ia mengambil bagian dalam koalisi yang dipimpin oleh Netanyahu. Partainya memenangkan tujuh kursi dalam pemilihan umum.

Di bawah perjanjian koalisi antara partai Yamina dan tujuh partai penjajah lainnya, Bennett, yang mewakili tujuh anggota parlemen, akan menjadi perdana menteri untuk dua tahun pertama. Yair Lapid, dari partai tengah Yesh Atid, akan menggantikannya dua tahun kemudian.

Baca Juga

Pada 2013, Bennet menuai kontroversi karena mengatakan “teroris Palestina” harus dibunuh, bukan dibebaskan.

Belakangan dia juga mengklaim bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan. Artinya, dia ingin menyatakan bahwa Tepi Barat merupakan bagian dari wilayah Zionis. Dia bahkan lebih gila lagi menegaskan, “Tidak ada negara Palestina.”

“Dalam hidup saya, saya telah membunuh banyak orang Arab. Dan tidak ada masalah dengan itu,” katanya, dengan entengnya.

Setelah penjajah (Zionis) dan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada bulan lalu mengadakan gencatan senjata, Bennett dan Lapid setuju untuk membentuk koalisi.

Bennett menjadi jutawan berkat perusahaan teknologi yang ia bangun dari nol. Selama karir politiknya, dia selalu menarik pemilih sayap kanan. (mus)

Sumber: Anadolu, AP

Baca Juga