Bakal Diprotes Jika Tokoh Sekuler Turki Kemal Attaturk Jadi Nama Jalan di Jakarta

Catatan M Rizal Fadillah*

Tokoh Sekuler Mustafa Kemal Attaturk, yang anti Islam dan mensekulerkan Turki pada 1924 M menyusul kejatuhan Turki Utsmani yang berdiri pada 1299 M hingga 1923/1924 M yang kesultanannya eksis berabad-abad. Lalu, benarkah Kemal akan jadi nama jalan di Menteng, Jakarta? Jika benar, kenapa bukan Muhammad Al Fatih?

SALAM-ONLINE.COM: Dubes RI di Ankara Muhammad Iqbal mengatakan rencana Indonesia untuk mengganti nama salah satu jalan di daerah Menteng dengan nama tokoh sekuler Turki Mustafa Kemal Attaturk. Ia mengatakan sudah memberi data terkait karakter hingga panjang jalan kepada Pemprov DKI.

Menurut Iqbal peresmian akan diupayakan saat Erdogan berkunjung ke Indonesia awal tahun 2022.

Namun rencana mengganti nama jalan ini belum tentu mulus. Bakal mengundang masalah di dalam negeri karena dapat menimbulkan kontroversi sehingga alih-alih persahabatan Indonesia-Turki yang terbangun, justru dikhawatirkan sebaliknya. Masyarakat Muslim Indonesia mengecam sekularisasi Mustafa Kemal Attaturk.

Kemal telah mendeklarasikan Turki sebagai negara sekuler dengan mengamendemen Konstitusi 1924. Sekularisme (laicite) di samping memisahkan agama dengan negara, juga ternyata negara secara penuh ikut menentukan hukum-hukum agama, agama yang disekulerkan. Institusi Islam dihapuskan dan bahasa Arab dilarang.

Muhammad Al Fatih adalah Sultan atau Khalifah Turki Utsmani yang ketujuh. Muhammad Al Fatih atau Mehmed II menaklukkan Konstantinopel pada 1453 M saat berusia 21 tahun. Kekhalifahan/Dinasti Islam yang didirikan pada 1299 M ini berjaya selama 600 tahun lebih, yang kekaisarannya meliputi lintas benua, merupakan kekhalifahan Islam terbesar yang bukan dari bangsa Arab. Konstantinopel, setelah ditaklukkan berganti nama menjadi “Islambul” atau Tahta Islam dan Negeri Islam. Namun setelah kekhilafahan Turki Usmani jatuh pada 1923/1924 M Mustafa Kemal mengubah Kesultanan Islam tersebut menjadi Republik Turki dan mengganti nama “Islambul” menjadi “Istanbul” yang artinya “ke kota itu” dan sekaligus mensekulerkan Turki

Sebagai peminum berat Kemal Attaturk menggalakkan industri minuman keras, menjadi diktator dengan membungkam oposisi, menutup madrasah, adzan diganti bahasa Turki, berpakaian islami dilarang, budaya Islam dihabisi, budaya adat istiadat dibenturkan dengan Agama. Kemal adalah “The sick man Europe”.

Baca Juga

Rencana nama jalan Mustafa Kemal Attaturk di Menteng bakal ditentang.

Pertama, Kemal tidak berjasa apa-apa bagi negara Republik Indonesia. Kedua, Indonesia bukan negara sekuler dan umat Islam anti sekularisme. Ketiga, Pemerintahan Erdogan kini lebih menghargai Muhammad Fatih ketimbang Kemal Attaturk. Keempat, sifat diktator Kemal tidak disukai bangsa Indonesia. Kelima, tidak jelas nama jalan di Menteng yang akan diganti.

Sebagai tokoh anti Islam, Kemal Attaturk tidak bersahabat dengan umat Islam Indonesia. Tendensi politik atas rencana penamaannya dapat menyinggung umat Islam. Sikap anti Khilafah Pemerintahan Joko Widodo hendak disimbolkan dengan profil Kemal yang mengganti sistem Pemerintahan Turki dari berbasis Islam menjadi sekuler.

Pertanyaan terberat yang dapat diajukan adalah apakah Joko Widodo ingin meniru Kemal Attaturk yang kemudian menjadi Bapak Sekularisme Indonesia?

Jalan Mustafa Kemal Attaturk adalah jalan untuk membuat gara-gara baru oleh rezim yang senang pada kegaduhan.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Baca Juga