Penista Nabi Itu Tewas Terbakar di Dalam Mobil

Catatan M Rizal Fadillah*

Lars Vilks, penista Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tewas terbakar hidup-hidup di dalam mobil. (iNet)

SALAM-ONLINE.COM: Akhirnya kekuasaan Allah ditunjukkan pada dunia, membakar penista Nabi. Adalah Lars Vilks (75 tahun), seniman Swedia, yang tewas terbakar di dalam mobil yang bertabrakan dengan truk di jalan bebas hambatan di Markaryd, Swedia, Minggu (3/10/2021) lalu.

Mobil polisi sipil yang dikendarainya dikawal oleh dua polisi bersenjata, keduanya turut tewas, memiliki perlindungan maksimal anti peluru dan ban anti tusuk. Menurut Kepala Unit Investigasi Regional Stefan Sinteus kejadian tabrakan tersebut “sangat tragis”. Vilks tewas terpanggang hidup-hidup selama beberapa jam di dalam mobilnya bersama dua polisi yang mengawalnya.

Vilks diketahui hidup di bawah perlindungan polisi sejak kartun yang menista Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dibuatnya pada 2007 lalu memicu banyak ancaman pembunuhan terhadapnya.

Vilks pada tahun 2007 dengan dalih kebebasan berekspresi memicu kemarahan umat Islam karena membuat sketsa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di tubuh anjing. Umat Islam marah sehingga PM Swedia Fredrik Reinfeld perlu bertemu dengan 22 perwakilan negara Muslim.

Percobaan pembunuhan terhadap Vilks pun terjadi. Bahkan pada tahun 2015 serangan bersenjata terjadi dalam acara debat kebebasan berbicara yang dihadiri Vilks di Kopenhagen. Al-Qaida pernah menawarkan USD 100.000 untuk kepalanya.

Tewasnya Lars Vilks dalam tabrakan tragis yang belum diketahui penyebabnya itu menjadi berita dunia. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi para penista agama. Di negeri Barat seperti Swedia saja direaksi dan dikritisi walaupun degan dalih kebebasan berbicara. Ironisnya di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia ternyata penista agama bertebaran dan bebas berbicara. Termasuk para buzzer yang merasa dilindungi oleh Pemerintah yang habis-habisan dijilatnya.

Baca Juga

Kasus Kece yang dihajar dan dilumuri kotoran manusia oleh Irjen Pol Napoleon Bonaparte ternyata dibela oleh banyak pihak. Bonaparte dibela oleh umat yang merasa sakit atas penghinaan Kece. Sementara Kece dibela oleh para pendukung “kebebasan dan kemanusiaan”, termasuk “ulama” pengecam penganiayaan.

Lars Vilks kartunis penghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang tewas mengenaskan, terpanggang hidup-hidup di dalam mobil bersama dua polisi yang mengawalnya. (Foto: Net).

Para penista agama dan anti Islam patut untuk ditindak tegas. Paul Zhang, Kece, Denny Siregar, Abu Janda dan sejenisnya mesti mendapat pelajaran. Proses hukum harus dijalankan dengan konsisten dan adil. Jangan ada perlindungan dengan dalih dekat dan diperlukan oleh kekuasaan. Apalagi dalam rangka adu domba atau melumpuhkan kekuatan agama.

Ketika perlindungan maksimal dilakukan seperti kepada Vilks, baik pengawalan ketat sehari-hari maupun kendaraan anti peluru dan lainnya, maka sebenarnya si penista agama itu bukan hanya sedang berhadapan dengan umat yang merasa disakiti, tetapi juga dengan Allah Yang Maha Kuasa. Dan ketika umat sudah merasa tidak mampu untuk berbuat apa-apa, maka Allah Maha Kuasa untuk melakukan apa saja. Saatnya datang tiba-tiba.

Para penista agama dan kaum Islamofobia sebaiknya belajar dari peristiwa Vilks yang berteriak-teriak kesakitan ketika ia dalam mobil dengan perlindungan ketat menjadi tidak berdaya menghadapi api yang membakar tubuhnya hidup-hidup.

Allah telah membakar penista Nabi itu.

*) Pemerhati Politik dan Keumatan

Baca Juga