Mau Hidupkan Lagi Otoritas Palestina, Penjajah Berupaya Matikan Gerak Hamas

Menteri Pertahanan Penjajah Benny Gantz (kiri) dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. (Foto: AFP)

SALAM-ONLINE.COM: Pada Agustus lalu, Menteri Pertahanan Zionis penjajah Benny Gantz mengunjungi kota Ramallah di Tepi Barat yang dijajah. Dia bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas dan para staf keamanan serta intelijen senior PA untuk membahas cara-cara meringankan kehidupan berat rakyat Palestina.

Baru-baru ini, Menteri Kerja Sama Regional penjajah, Issawi Frej, mengungkapkan kepada Saluran 12 Zionis bahwa Gantz akan bertemu Abbas lagi. Frej dengan terus terang menyatakan bahwa tujuan pertemuan prospektifnya akan menjadi bagian dari upaya Zionis untuk memperkuat PA agar dapat mencegah gelombang perlawanan dari Palestina.

Pekan lalu, kantor berita lokal Palestina mengungkapkan bahwa kepresidenan PA telah menyiapkan rencana untuk menindak kelompok perlawanan Palestina. PA juga menyatakan siap untuk mendiskusikannya dengan Gantz saat kunjungannya yang akan datang ke Ramallah. Rencana tersebut disiapkan oleh komandan senior keamanan Palestina, termasuk Majed Faraj—Kepala Badan Intelijen Palestina.

Awal pekan ini, jurnalis Zionis dan spesialis urusan Palestina Gal Berger memperjelas bahwa penjajah tersebut prihatin dengan lemahnya PA dan ketidakmampuan dinas keamanannya untuk mengendalikan kelompok perlawanan Palestina. Berger menyebut meningkatnya popularitas Hamas.

“Kami bergegas membantu PA karena tidak mampu menangani/mengatasi Hamas,” kata Berger kepada penyiar saluran berita Zionis, KAN. Tapi apakah upaya bersama ini akan mengakhiri Hamas dan perlawanan Palestina?

Fakta di lapangan adalah bahwa perlawanan Palestina, terutama Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas justru kini makin memiliki popularitas besar di seluruh wilayah Palestina, luar Palestina dan tanah Palestina yang diduduki/dijajah sejak tahun 1948.

Nampaknya setiap upaya Zionis untuk menghidupkan kembali PA atau kampanye melawan Hamas, malah meningkatkan popularitas Hamas di antara orang-orang Palestina, bahkan padaafiliasi faksi-faksi Palestina sekuler dan liberal.

“Hamas menikmati popularitas tinggi di Gaza, Tepi Barat dan Al-Quds (Yerusalem),” kata Zvi Yehezkeli, komentator senior dan kepala desk Arab di “Israel” Channel 13 News, kepada surat kabar Ibrani “Israel” Maariv awal pekan ini.

“Hamas juga merupakan faksi Palestina terfavorit di antara komunitas Palestina di luar negeri,” imbuhnya.

Beberapa hari yang lalu, saluran berita KAN menyebut, “Sekarang, Hamas memiliki banyak area sentral di mana ia berkiprah di Tepi Barat dengan kebebasan penuh dan tanpa rasa takut.”

Selama beberapa pekan terakhir, media Zionis telah berulang kali menyebut, misalnya, Jenin sebagai basis Hamas di Tepi Barat.

Amir Bohbot, editor militer dan analis pertahanan senior untuk situs berita terkemuka Zionis, Walla, melaporkan rekomendasi dari beberapa komandan senior tentara dan intelijen Zionis kepada pemerintah, pekan ini, yang menyerukan pertukaran tahanan dengan Hamas sesegera mungkin. Mungkin sebelum memburuknya situasi keamanan di Tepi Barat yang diduduki.

Baca Juga

Bohbot percaya bahwa kampanye PA yang sedang berlangsung melawan Hamas dan faksi Palestina lainnya adalah bukti bahwa gerakan-gerakan ini memiliki pengaruh besar di seluruh wilayah Palestina yang diduduki/dijajah, meskipun ada pembatasan ketat yang mereka jalankan.

Menggambarkan Hamas, KAN mengatakan, “Meskipun upaya badan keamanan PA untuk mendapatkan kembali kendali di Tepi Barat, Hamas masih merupakan ancaman nyata bagi PA dan Zionis.”

Wartawan Zionis, Zvi Yehezkeli, menyatakan sikap yang sama. “Ancaman utama yang dihadapi Zionis bukanlah Iran, tetapi Hamas di Gaza, Tepi Barat dan wilayah jajahan,” kata Yehezkeli.

“Upaya Zionis untuk memperkuat posisi PA dan pertemuan yang diadakan antara Menteri Pertahanan (Gantz) dan Presiden PA sehubungan dengan meningkatnya popularitas Hamas hanyalah upaya untuk menghidupkan kembali mayat,” ujarnya.

Profesor dan jurnalis Zionis, Ariel Segal, juga mencatat bahwa meningkatnya popularitas gerakan perlawanan (Hamas), ini membuktikan kegagalan visi strategis intelijen Zionis dan ketidakmampuannya untuk memprediksi masa depan dan mencari solusi.

Segal menggambarkan kerja sama antara Zionis dan PA sebagai bentuk utilitas timbal balik. “Zionis menjaga keamanan PA dan PA menjaga keamanan Zionis,” katanya.

Ketika editor militer Bohbot melaporkan rekomendasi dari tentara senior dan komandan intelijen bahwa Zionis harus mencapai pertukaran tahanan dengan Hamas sesegera mungkin. Dia menyebutkan harga yang mungkin dihadapi tentara Zionis jika mereka dipaksa untuk berkonfrontasi dengan Hamas.

Bohbot mengatakan bahwa para komandan Zionis mengungkapkan rasa sakit dan penderitaan yang dihadapi anggota unit tentara elite Zionis saat serangan pasukan penjajah itu di Gaza pada tahun 2014.

Sementara itu, Hamas mengatakan akan melanjutkan perjuangannya untuk memperjuangkan hak-hak Palestina. “Melepaskan perlawanan dan meletakkan senjata bagi kami adalah pengkhianatan terhadap Palestina,” tegas juru bicara Hamas, Hazem Qasem. Dia menambahkan bahwa gerakan itu, bagaimanapun, terbuka untuk semua pilihan, termasuk solusi damai.

Di Tepi Barat yang diduduki/dijajah, popularitas Hamas tengah meningkat dan posisi PA sebagai badan nasional Palestina memudar dari hari ke hari. Ini membuat penjajah seperti tanpa mitra di Tepi Barat. Suatu hari situasinya nanti, setelah gesekan perang yang sengit, bisa menjadi serupa dengan yang terjadi di Gaza. Hanya dengan begitu Zionis akan mulai memikirkan solusi serius terhadap Palestina. (mus)

Sumber: Middle East Monitor (MEMO)

Baca Juga