Perundingan Putaran Pertama Rusia-Ukraina Gagal Sepakati Gencatan Senjata

Perundingan perdana di Belarusia antara Rusia dan Ukraina gagal sepakati gencatan senjata

SALAM-ONLINE.COM: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan pihaknya belum mencapai hasil yang diinginkan dalam negosiasinya dengan Rusia di perbatasan Belarus. Perundingan damai Senin (28/2/2022) sore waktu setempat belum menghasilkan gencatan senjata. Dialog pun akan berlanjut ke putaran kedua.

Dalam pidatonya Selasa (1/3/2022) pagi, Zelenskyy mengatakan Ukraina dibombardir saat perundingan damai sedang berlangsung antara delegasi dari Ukraina dan Rusia di Belarus, Senin. Padahal, salah satu tujuan Ukraina mau melakukan dialog dengan Rusia adalah agar dilakukan gencatan senjata segera.

“Kami belum mendapatkan hasil yang kami inginkan. Rusia telah mengumumkan posisinya. Mereka mendengar tindakan balasan dari kami untuk mengakhiri perang. Kami mendapat beberapa sinyal,” kata Zelenskyy, dikutip Anadolu Agency, Selasa (1/3).

Dia mengungkapkan, ketika delegasi Ukraina kembali ke Kyiv (ibu kota Ukraina), mereka akan menganalisis perkembangan dan memutuskan bagaimana putaran kedua negosiasi akan berjalan.

Zelenskyy kembali menyangkan pasukan Rusia membombardir kota Kharkiv dengan roket.

“Ini jelas kejahatan perang. Kharkiv adalah kota yang damai. Ada daerah permukiman yang damai, tidak ada fasilitas militer. Puluhan saksi mata membuktikan bahwa ini bukan satu tendangan voli palsu, tetapi penghancuran orang yang disengaja,” sesalnya.

Baca Juga

Menurutnya, apa yang dilakukan Rusia adalah pelanggaran terhadap semua konvensi internasional. Pengadilan internasional pasti akan dibentuk untuk kejahatan ini.

Zelenskyy mengatakan Rusia melakukan 56 serangan rudal dan menembakkan 113 rudal jelajah ke Ukraina dalam lima hari terakhir.

Memperhatikan bahwa tiga serangan roket dilakukan di ibu kota Kyiv hanya dalam satu hari, dia mengatakan pasukan sabotase Rusia berencana untuk memutus aliran listrik ke kota itu.

“Negara yang menyerang warga sipil tidak boleh menjadi anggota PBB dan semua pelabuhan, kanal dan bandara di seluruh dunia ditutup untuk pesawat dan helikopter Rusia,” serunya.

Dia juga mengingatkan bahwa Rusia seharusnya tidak mendapatkan ratusan miliar dolar dari ekspor sumber daya energi. (mus)

Baca Juga