Berlanjut, Penangkapan Massal di Tepi Barat Saat Pasukan Zionis Kepung Nablus

Di antara 40 orang yang ditahan oleh pasukan Zionis setelah serangan militer penjajah itu di Tepi Barat, Al-Quds dan Jalur Gaza, adalah para pemuda.

Tentara Zionis penjajah berjaga di desa Palestina, Huwara, selatan Nablus di Tepi Barat yang dijajah pada 26 Oktober 2022 (AFP)

SALAM-ONLINE.COM: Pasukan Zionis menangkap lebih dari 40 warga Palestina dalam serangan militer penjajah itu di Tepi Barat yang dijajah, Al-Quds dan Jalur Gaza pada Kamis (27/10/2022) malam.

Penangkapan difokuskan di kota Beit Ummar di provinsi Hebron. Di kota ini 19 orang ditahan, termasuk di antaranya anak-anak di bawah umur, demikian dilansir kantor berita resmi Palestina, Wafa, dan dikutip redaksi dari Middle East Eye (MEE), Jumat (28/10). Yang lainnya ditahan di Ramallah, Nablus, Betlehem, Jenin dan Timur Al-Quds.

Sebelumnya lima nelayan ditahan saat terbit fajar oleh angkatan laut Zionis di al-Sudaniya, Gaza utara.

Menurut Komunitas Tawanan Palestina (PPS), sebagian besar dari penangkapan hari Kamis adalah anak-anak dan pemuda.

Kelompok pemantau tawanan Palestina yang ada di tahanan Zionis itu mengatakan, eskalasi ini adalah bentuk “hukuman kolektif”, termasuk penangkapan kembali beberapa mantan tahanan.

Serangan dilakukan ketika pasukan Zionis melanjutkan pengepungan mereka terhadap warga Palestina di Nablus sejak tiga pekan lalu, dengan memblokade jalan dan mendirikan pos pemeriksaan yang mencegah kendaraan untuk keluar masuk di wilayah Nablus.

Tentara penjajah berdalih, tindakan itu diberlakukan untuk menghentikan serangan terhadap Zionis yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang baru dibentuk di kota tersebut, bernama Lion’s Den (Sarang Singa).

Namun tindakan tentara penjajah terkait blokade tersebut menuai kritik, karena telah mengganggu kehidupan lebih dari 200.000 warga Palestina yang tinggal di daerah tersebut.

“Membatasi pergerakan lebih dari 200.000 warga Palestina telah melumpuhkan kehidupan di daerah tersebut, memaksa ratusan usaha (aktivitas bisnis) berhenti beroperasi dan merugikan mata pencaharian mereka,” kata kelompok HAM B’tselem, Rabu (26/10).

Baca Juga

“Memberlakukan pembatasan dengan pengetahuan penuh akan bahaya yang akan ditimbulkan mencerminkan pandangan pembuat keputusan di pihak Zionis, bahwa rakyat Palestina adalah manusia yang lebih rendah. Ini (Zionis) adalah apartheid,” tegas kelompok B’tselem.

Jumlah kematian meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Kini warga Palestina di Tepi Barat menghadapi peningkatan kekerasan oleh pasukan Zionis yang sudah bertahun-tahun tidak terjadi.

Operasi penyerbuan dan penangkapan hampir setiap hari meningkat di seluruh wilayah Palestina yang dijajah. Menurut tentara Zionis, operasi itu bertujuan untuk membasmi kebangkitan perlawanan bersenjata Palestina, khususnya di kota-kota utara Nablus dan Jenin.

Awal pekan ini, pasukan Zionis menyerbu Nablus dengan puluhan kendaraan lapis baja dan peluru kendali anti-tank. Dalam serangan tiga jam yang menewaskan lima warga Palestina itu, setidaknya dua di antaranya tidak bersenjata.

Jumlah warga Palestina yang meregang nyawa di tangan pasukan Zionis penjajah pada tahun ini menjadi lebih dari 175 orang. Di antaranya lebih dari 44 orang tewas dalam dua bulan terakhir.

Pada Kamis (27/10), Defense for Children International menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa pada tahun 2022, 29 anak telah dibunuh oleh pasukan Zionis di Tepi Barat dan Al-Quds.

“Semua anak-anak yang dibunuh, ditembak dengan peluru tajam. Ini membuktikan ektremitas kekejaman Zionis,” kata kelompok hak asasi itu. “Ini adalah bukti nyata pembunuhan yang disengaja.”

Lantas, Kenapa dunia masih saja membisu?

Ahmad Ghifari

Baca Juga