Jangan Jadi Kader Penjilat

Catatan M Rizal Fadillah*

SALAM-ONLINE.COM: Pemuda Muhammadiyah akan menggelar Muktamar ke-18 di Kaltim bulan depan. Berita mengagetkan muncul dari Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Cak Nanto yang menyatakan bahwa dalam Muktamar itu akan ada penyematan gelar kepada Presiden Joko Widodo sebagai Perintis Indonesia Maju. Ia memuji Joko Widodo yang telah “berhasil” membawa Indonesia pada “kemajuan”.

Tiga hal yang dinilai jahil pada anak-anak muda yang mengalami sindrom seperti ini:

Pertama, myopsis. Kemajuan apa yang telah dihasilkan oleh pemerintahan Jokowi selain sejuta masalah dan beban berat bagi rakyat. Kebohongan dan kegaduhan yang merajalela menyertai korupsi dan nepotisme. Prestasi Jokowi adalah membuat frustrasi rakyat karena memiliki pemimpin yang bekerja seenaknya. Cak Nanto buta atas fakta.

Kedua, memberi gelar-gelar itu merujuk pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Soekarno Pemimpin Besar Revolusi dan Soeharto Bapak Pembangunan. Pilihan bahwa Jokowi itu Bapak Infrastruktur dikalahkan oleh gelar Perintis Indonesia Maju. Cak Nanto lupa bahwa maju ke belakang itu namanya mundur. Anak muda yang berpikir mundur.

Ketiga, budaya buruk bangsa di era pragmatisme adalah penjilat. Mencari muka yang telah hilang dimakan dusta. Menenteng koper berlabel penjilat menjulurkan lidah hingga menyentuh lantai yang kotor. Diukur berapa meter lidah itu menjulur. Demi uang, jabatan dan pujian sang penguasa, ia rela menjual cita-cita mulia dan idealisme organisasi.

Baca Juga

Muhammadiyah tidak boleh diobral murah. Saat didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mampu berdiri sejajar dengan Pemerintah. Berinovasi membangun wibawa (‘izzah) Islam yang kuat dan bermartabat. Tidak menjadi pengemis yang merendahkan diri. Minta bantuan sana-sini. Muhammadiyah tidak membutuhkan kader yang berkarakter penjilat, apa lagi tingkat Pimpinan.

Pemuda Muhammadiyah sebagai kader Muhammadiyah adalah pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Karakter kuat mesti melekat dengan ketiga peran di atas, bukan sebaliknya sebagai pengekor, pencari panggung dan pengumpul harta.

Nah Cak Nanto, batalkan rencana bodoh dan memalukan untuk memberi gelar pada Jokowi sebagai Perintis Indonesia Maju. Jokowi tidak merintis Indonesia untuk maju. Faktanya kemunduran di berbagai bidang, baik ekonomi, politik maupun agama. Warisan atau legacy yang ditinggalkannya adalah utang besar beban berat anak cucu.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Periode 1993-1997

Baca Juga