Pangeran Harry Mengaku Bunuh 25 Pejuang Taliban Saat Penjajahan Dipimpin AS di Afghanistan
SALAM-ONLINE.COM: Pangeran Harry mengaku bahwa dia telah membunuh 25 pejuang Taliban saat penugasan militernya yang kedua untuk mendukung penjajahan Barat (AS dan sekutunya) di Afghanistan, demikian menurut laporan berdasarkan memoarnya edisi Spanyol yang telah diterbitkan.
Dalam Spare, memoar yang akan diterbitkan pada 10 Januari di Inggris tetapi sudah tersedia di Spanyol, Pangeran Kerajaan Inggris itu menulis bahwa dia tidak menganggap orang yang dia bunuh sebagai “manusia” tetapi sebagai “bidak catur” yang harus diambil dari papan (catur).
Pangeran Harry menjabat sebagai pengontrol udara depan di provinsi Helmand Afghanistan pada 2007-2008 dan kemudian sebagai pilot helikopter Apache di Korps Udara Angkatan Darat Inggris yang dikerahkan ke Camp Bastion di selatan negara itu.
Pada tur kedua itulah Harry mengatakan dia membunuh 25 pejuang Taliban. Angka itu muncul dengan pasti setelah dia menonton rekaman video dari setiap “pembunuhan” yang direkam oleh kamera yang dipasang di helikopternya.
“Jadi nomor saya adalah 25,” tulis pangeran Inggris itu. “Ini bukan angka yang membuat saya puas, tapi juga tidak membuat saya malu,” kata Harry seperti dikutip Middle East Eye (MEE), Kamis (5/1/2023).
Harry akan menonton rekaman video misi di pangkalan. Harry juga menulis bahwa dalam “kehebohan dan kebingungan pertempuran”, dia melihat para pejuang Taliban yang dia bunuh sebagai “penjahat yang dihilangkan sebelum mereka bisa membunuh”.
Dia mengatakan tujuan yang dia rencanakan membuatnya tidak pernah tidur sejak hari pertama. Keraguan, apakah yang dilakukannya adalah hal yang benar.
“Apakah saya menembak Taliban dan hanya Taliban, tanpa warga sipil di sekitarnya. Saya ingin kembali ke Inggris Raya dengan segenap anggota tubuh saya, tetapi lebih dari itu saya ingin pulang dengan hati nurani yang utuh,” tulisnya.
Video game
Meskipun ini adalah pertama kalinya pangeran Inggris menyebutkan jumlah orang yang dia yakini dia bunuh untuk mengabdi pada negara neneknya, tapi menurutnya, ini bukan pertama kalinya dia berbicara tentang mengambil nyawa di Afghanistan.
Pada 2013, setelah dia menyelesaikan tur empat bulannya sebagai penembak helikopter serang Apache, Harry mengatakan dia telah membunuh orang di Afghanistan. “Banyak orang lain telah melakukannya,” katanya.
“Ambil nyawa untuk menyelamatkan nyawa,” ungkapnya saat itu. “Itulah yang kami putar, saya kira. Jika ada orang yang mencoba melakukan hal buruk kepada orang-orang kita, maka kita akan mengeluarkan mereka dari permainan.”
Sang pangeran juga memuji keefektifannya sebagai penembak Apache karena kesukaannya pada video game. “Ini merupakan kebahagiaan bagi saya karena saya adalah salah satu orang yang suka bermain Playstation dan Xbox. Jadi, dengan jempol saya suka berpikir bahwa saya mungkin cukup berguna,” tuturnya.
Dalam Spare, yang ditulis oleh penulis Amerika JR Moehringer, sang pangeran menggambarkan serangan 9/11 (11 September 2001) di New York sebagai salah satu alasan dia tidak merasa bersalah atas para pejuang yang dia bunuh.
Dia menonton liputan berita tentang serangan di ruang televisi di Eton, sekolah berasrama bergengsi Inggris yang dia hadiri bersama saudara laki-lakinya, William, dan menganggap mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu sebagai “musuh kemanusiaan”.
Taliban, kelompok militan yang pertama kali mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 1990-an, tidak bertanggung jawab atas serangan 9/11. Tetapi dituduh oleh Amerika Serikat menyembunyikan para pejuang yang tergabung dalam Al-Qaidah, kelompok yang dituduh sebagai pelaku serangan 9/11 itu.
Pada akhir tahun 2001, AS dan sekutu dekatnya menginvasi Afghanistan, yang tetap dalam keadaan kacau dan tidak stabil sejak saat itu. Hingga September 2021, lebih dari 70.000 warga sipil Afghanistan dan Pakistan diperkirakan tewas akibat langsung perang tersebut.
Insiden kekerasan lain yang diceritakan dalam memoar Harry melibatkan saudara laki-lakinya William, yang menurut Harry menyerangnya di dapur kediamannya di Istana Kensington.
William “mencengkeram kerah bajuku, merobek kalungku, dan… menjatuhkanku ke lantai,” tulis Harry, demikian sebuah laporan di Guardian. (mus)