Gejolak di Sudan: Khartoum Jadi ‘Kota Hantu’ Saat Pertempuran Berkobar dan Gedung-gedung Terbakar

Asap mengepul di atas bangunan tempat tinggal di Khartoum timur pada 16 April 2023, saat pertempuran di Sudan berkobar untuk hari kedua antara para jenderal yang bersaing (AFP)

SALAM-ONLINE.COM: Pertempuran intensif selama tiga hari di Khartoum telah memakan korban. Bangunan dan infrastruktur rusak, pasokan makanan dan bahan bakar menipis, dan penduduk yang ketakutan bersembunyi di ruang bawah tanah saat ledakan, tembakan, dan serangan udara terus mengguncang ibu kota Sudan, Khartoum.

Pertempuran antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF) masih berlangsung pada Senin (17/4/2023) malam. Setidaknya 97 warga sipil dan puluhan pejuang berpotensi tewas dan sekitar 1.000 terluka di seluruh negeri, demikian menurut Komite Pusat. dari Dokter Sudan (CCSD).

Infrastruktur kota yang sudah lemah dengan cepat runtuh. Dengan pemadaman listrik selama 24 jam terakhir, banyak jalan kembali diliputi kegelapan saat malam tiba. Tapi cakrawala diterangi oleh cahaya bangunan yang dibakar oleh serangan udara SAF, atau oleh senjata artileri dan anti-pesawat yang ditembakkan sebagai balasan oleh pesawat tempur RSF.

Kekerasan, yang meledak di Sudan pada akhir pekan, berasal dari ketidaksepakatan seputar integrasi RSF—salah satu pasukan paling kuat di negara itu—ke dalam militer reguler. Pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Dagalo, lebih dikenal sebagai Hemeti, sebelumnya membantu pemimpin militer dan penguasa de facto, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dalam kudeta yang sukses pada Oktober 2021. Namun aliansi mereka yang tidak nyaman kini telah benar-benar hancur.

Kebakaran besar terlihat pada Senin di dekat markas tentara di pusat Khartoum. Ledakan terdengar dari lokasi yang sama.

Warga di kawasan yang dekat dengan markas militer telah meninggalkan rumah mereka atau tinggal di ruang bawah tanah gedung selama berjam-jam karena serentetan nembakan yang terus berlangsug.

Hala Ahmed, warga di kawasan Khartoum 2, mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa jendela apartemennya pecah ketika sebuah bom jatuh di dekatnya.

“Ini adalah suara paling keras yang saya dengar dalam hidup saya,” kata Ahmed.

“Jendelanya pecah, pintunya terbuka, dan beberapa bola lampu dan kaca juga pecah. Nampaknya disebabkan oleh bom dari salah satu pesawat yang ada di sekitar pagi ini.”

Diberitakan sejumlah kerusakan, di antaranya pada bandara internasional, salah satu pembangkit listrik utama, gedung kementerian, dan bangunan tempat tinggal.

Markas besar tentara tetap menjadi fokus bentrokan paling agresif pada Senin malam.

Rumah sakit terjebak dalam pertempuran

Saat bentrok bersenjata berkembang menjadi pertempuran jalanan, kedua pihak yang bertikai menggunakan gedung sekolah dan rumah sakit sebagai lokasi pos pemeriksaan dan tempat perlindungan dari tembakan musuh. CCSD mengatakan bahwa di rumah sakit juga terjebak dalam baku tembak.

“Rumah sakit dan institusi kesehatan di Khartoum dan kota-kota di seluruh Sudan dihantam dengan artileri berat dan senjata api. Kerusakan parah telah dikonfirmasi ke Rumah Sakit Pendidikan Al-Shaab, Rumah Sakit Spesialis Ibnu Sina, dan Rumah Sakit Bashayer, sebagai akibat dari bentrokan dan saling tembak antara angkatan bersenjata (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di daerah sekitarnya,” kata CCSD dalam pernyataan bersama dengan sindikasi dokter.

Baca Juga
Orang-orang mengantre di luar toko roti di tengah krisis pangan di selatan Khartoum pada 17 April 2023 (AFP)

Seorang dokter memberi tahu MEE bahwa mereka menghadapi “masalah besar” di rumah sakit karena kekurangan persediaan obat.

“Ketiadaan listrik juga menghambat pekerjaan kami,” kata dokter tersebut.

Dengan absennya polisi dari jalan-jalan, dan bahkan dari kantor polisi di beberapa kawasan, membuat warga memilih untuk tinggal di rumah. Bukan hanya lantaran pertempuran, tetapi karena banyaknya pelanggaran hukum.

Seorang saksi mata dari distrik Alamarat menggambarkan Khartoum sebagai “kota hantu”, mengacu pada kegelapan, jalan-jalan kosong dan beberapa laporan tentang perampokan dalam semalam.

Pada Senin (17/4), pasokan gas dan bensin menipis, dan banyak warga berjibaku untuk membeli kebutuhan pokok, termasuk roti.

Ketakutan akan masa depan

Dengan kedua belah pihak mengklaim menguasai lokasi-lokasi utama, beberapa warga mengatakan mereka tidak yakin dengan situasi. Mereka juga dihantui ketakutan akan masa depan.

Dalam sebuah pernyataan pada Senin, SAF mengklaim mengendalikan pangkalan utama RSF di Merowe dan lokasi lainnya. Dikatakan, SAF telah menangkap puluhan pejuang RSF dan mendesak yang lain untuk menyerah, sembari memberikan jaminan keselamatan mereka.

RSF menyatakan bahwa pihaknya telah menguasai istana kepresidenan, pangkalan angkatan udara Jebel Aulia, dan sebagian dari markas tentara.

Ia menuduh SAF menggunakan serangan udara di kawasan perumahan padat penduduk.

“Kami menyerukan masyarakat internasional untuk campur tangan dan memantau pelanggaran yang dilakukan oleh SAF di bawah komando (Burhan). Kami mengatakan bahwa kami akan mencapai kemenangan penuh kami dan kami yakin ini adalah kemenangan rakyat Sudan. Kami juga menegaskan kembali komitmen kami terhadap proses politik untuk kembali ke jalur transisi,” katanya.

Pada Senin, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan kembali seruannya kepada pihak-pihak yang bertikai di Sudan untuk “segera menghentikan permusuhan”. Dia memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut “dapat menghancurkan negara dan kawasan”. (MEE)

Baca Juga