2017, Ekspor Senjata Inggris ke Penjajah Zionis Melonjak ke Rekor Tertinggi

Tentara Zionis ambil bagian dalam latihan perang kota di desa buatan, pangkalan militer Tze’elim (Foto: Reuters)

SALAM-ONLINE: Inggris menyetujui lisensi ekspor senjata rahasia senilai 221 juta poundsterling ke penjajah Zionis “Israel” pada 2017 lalu, demikian menurut angka terbaru dari organisasi Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT).

Pada 2017, Inggris mengeluarkan lisensi senjata senilai 221 juta pondsterling (294 juta dolar AS) kepada kontraktor pertahanan yang mengekspor senjata tersebut ke “Israel”. Itu artinya naik 256 persen jika dibandingkan dengan lisensi £86 juta ($114 juta) pada 2016.

Tahun sebelumnya, pada 2015, lisensi senilai £20 juta ($27 juta) dikeluarkan.

Secara total, seperti dilansir Aljazeera, Selasa (29/5/2018), Inggris telah menjual persenjataan dan perangkat militer senilai lebih dari 350 juta poundsterling ($466 juta) kepada “Israel” selama lima tahun terakhir.

Di antara senjata yang dijual Inggris ke penjajah “Israel” adalah senapan serbu, amunisi senjata kecil, senapan sniper dan komponen untuk peralatan penargetan.

Angka-angka baru itu diterbitkan di tengah respons mematikan tentara penjajah “Israel” terhadap demonstrasi yang diadakan oleh warga Palestina di timur perbatasan Jalur Gaza sejak akhir Maret 2018 lalu. Setidaknya 120 orang Palestina telah gugur akibat tembakan maut pasukan penjajah dan lebih dari 13.000 lainnya terluka.

Andrew Smith, juru bicara CAAT, mengatakan bahwa persenjataan Inggris yang sebelumnya dijual ke penjajah Zionis itu digunakan dalam setidaknya dua serangan pasukan penjajah tersebut di daerah kantong pantai yang terkepung tersebut.

Baca Juga

“Investigasi pemerintah Inggris telah mengonfirmasi bahwa senjata Inggris digunakan untuk melawan warga Gaza pada 2009 dan 2014,” ungkapnya, seraya menyerukan “penyelidikan penuh” untuk menentukan apakah “Israel menggunakan senjata-senjata tersebut dalam serangan biadab di Gaza baru-baru ini”.

Peningkatan eksponensial penjualan senjata adalah bukti hubungan politik dan militer yang semakin erat antara Inggris dan “Israel”, tambah Smith.

Hubungan dekat lebih lanjut dicontohkan oleh kunjungan Pangeran William ke wilayah jajahan “Israel” dan wilayah Palestina yang diduduki pada bulan depan—sebuah kunjungan resmi pertama ke wilayah yang direncanakan oleh anggota keluarga kerajaan Inggris.

Pangeran William, pertama-tama akan mengunjungi ibu kota Yordania, Amman, sebelum menuju Tel Aviv, Al-Quds (Yerusalem) dan Ramallah.

Kunjungan Pangeran William dengan latar belakang ketegangan yang meningkat antara Palestina dengan penjajah “Israel”, apalagi mengingat peristiwa baru-baru ini, seperti pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan pembunuhan 65 demonstran Palestina oleh pasukan “Israel” pada 14 Mei 2018 lalu.

“Jika Pangeran ingin membantu rakyat Palestina, maka dia harus berbicara menentang pelanggaran yang terjadi dan menggunakan kunjungannya untuk menyerukan solusi damai yang berarti,” kata Smith. (S)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga