“Tuduhan Kepala BIN tanpa Bukti Bisa Perkeruh Masalah”

JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Anggota Komisi III DPR Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS), Indra, SH menyatakan, jangan terlalu dini menuduh kelompok tertentu sebagai pelaku dan penyebab tewasnya dua anggota Polri di Poso, Sulawesi Tengah.

Indra mengatakan, kesimpulan atas kasus tersebut harus didasarkan pada bukti dan fakta yang memadai.

“Jangan sampai kesimpulan yang tanpa didasari dengan bukti dan fakta cukup. Kita sudah mengatakan bahwasanya ini dilakukan dengan modus tertentu atau oleh organisasi atau kelompok tertentu,” katanya, Jumat (19/10/2012).

Dia menyayangkan pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara di media massa yang menyatakan tewasnya dua polisi di Poso itu dilakukan oleh kelompok tertentu. “Padahal dia sendiri (Kepala BIN), mengakui hal ini perlu dilakukan pendalaman,” ungkapnya.

Artinya, lanjut Indra, kepala BIN sendiri belum memiliki bukti yang cukup dan belum sepenuhnya yakin tapi sudah dipublikasikan.  Menurutnya, pernyataan atau tuduhan tanpa bukti yang cukup tersebut, bisa memerkeruh masalah. “Atau setidak-tidaknya pelaku menjadi lebih waspada,” kata Indra.

Dia menegaskan, yang harus sama-sama diingat Poso merupakan kawasan rawan konflik multidimensi. “Sepengetahuan saya sampai saat ini konflik di Poso belum ada penyelesaian secara tuntas dan berbagai bentuk kejahatan bisa terjadi,” katanya.

Baca Juga

Maka dari itu, Indra meminta kepolisian segera menuntaskan kasus ini agar terang benderang. “Siapapun pelakunya harus ditindak dan pihak-pihak yang terlibat harus dihukum,” ungkapnya.

Lebih jauh Indra menegaskan, pemerintah pusat dan daerah harus menyelesaikan persoalan ini secara integral dan menyeluruh. “Sehingga kedamaian dan ketentraman di Poso benar-benar dapat tercipta,” tuntasnya.

Seperti diketahui, dua anggota Polres Poso, Bripka Sudirman dan Brigadir Andi Sappa, tewas dibunuh dengan sadis oleh orang tak dikenal di Pegunungan Dusun Tamanjeka Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, Sulteng.

“Hasil outopsi luka-luka yang ditemukan ini memang kegiatan yang sangat sadis. Sangat sadis, dimana luka-luka itu diluar unsur kemanusiaan. Karena lehernya itu digorok,” jelas Kapolda Sulteng Brigjen (Pol) Dewa Parsana seperti dilansir Radar Sulteng (JPNN Group), Kamis (18/10/2012).

Baca Juga