Parah! Acara Forum Pemimpin Redaksi di Bali Disuguhi Kondom!

kondom-pertemuan pemred di bali disuguhi kondom-jpeg.imageNUSA DUA (SALAM-ONLINE): Lebih 100 orang pemimpin redaksi berbagai media massa berkumpul di Nusa Dua, Bali, untuk menghadiri apa yang disebut sebagai Pertemuan Puncak Forum Pemred, 13-14 Juni 2013.

Para peserta mendapatkan fasilitas tiket Garuda pulang-pergi, hotel bintang selama tiga hari, dan makan gratis–menimbulkan pertanyaan siapa sebenarnya penyandang dana acara para pemimpin redaksi ini.

Kamis (13/6/2013), para peserta melakukan registrasi di lokasi acara, Bali Nusa Dua Convention Hall (BNDCH).

Saat registrasi, beberapa peserta kaget karena mendapatkan tiga bingkisan–selain ID card. Salah satu bingkisan berisi satu kilogram gula pasir.

Dan, ini yang lebih parah: para pemimpin redaksi juga mendapatkan kondom dengan merek Meoong. Satu dus berisi tiga buah kondom. Apa maksudnya? Disuruh berzina?

Selain para pemimpin redaksi, peserta terdiri atas berbagai pihak yang terkait dengan media massa. Misalnya, praktisi komunikasi.

Para pemimpin redaksi, seusai melakukan registrasi, juga mendapatkan satu dus besar oleh-oleh khas Pati berisi produk-produk kacang Dua Kelinci.

Beberapa pemimpin redaksi terlihat menenteng dus besar dan dua tas dari panitia.

Baca Juga

Pemandangan seperti ini sering terlihat pada antrean pembagian sembako untuk anak yatim atau bingkisan lebaran untuk warga tidak mampu.

Forum Pemred didirikan 50-an pemimpin redaksi di Jakarta, Juli 2012.

Ini merupakan pertemuan puncak pertama. Ketua Forum Pemred adalah Wahyu Muryadi, yang juga Pemred Majalah Tempo.

Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Yang menyuguhi kondom, apakah itu sponsor atau siapapun, tentunya  mereka mengetahui, kenapa harus ada kondom dalam bingkisan untuk pertemuan para pemred ini.

Maka, jangan salahkan jika persepsi publik atas pertemuan pemred ini menjadi buruk.

Jangan salahkan pula jika ada anggapan, tak hanya para pemimpin negeri yang mendapat penilaian buruk–yang jadi obyek utama media untuk dikritik–tapi ternyata lingkaran media yang menjadi front terdepan dalam mengeritik penguasa pun, juga jauh dari nilai-nilai kebaikan. Sungguh miris dan amat memalukan! (tribunnews/salam-online)

Baca Juga