Sejarahnya, Keraton Surakarta Bangun Pasar Klewer untuk Mayoritas Pedagang Muslim

Solo-Pasar Klewer sebelum terbakar-jpeg.image
Pasar Klewer sebelum terbakar

SOLO (SALAM-ONLINE): Pada masa kejayaan Keraton Surakarta, Pakubuwono X membangun Pasar Klewer sekitar abad 18-19. Dulu pasar itu namanya Sarperetan. Sarperetan artinya tempat parkir delman-delman. Banyak delman di sekitar pasar itu.

Kemudian nama Sarperetan diplesetkan menjadi Pasar Selompretan (terompet). Pedagang-pedagang kala itu menggantung dagangannya di pagar kawat berduri.

“Sehingga kesannya pating klewer, kleweran. Jadilah namanya Pasar Klewer,” ujar Kanjeng Winarno, Humas Keraton Surakarta kepada Islampos, Jumat (2/1/2015) di Keraton Surakarta.

Alasan Pakubuwono X membangun Pasar Klewer dekat dengan Masjid Agung Surakarta guna memudahkan pengunjung dan pedagang Muslim Pasar Klewer beribadah.

“Pedagang Pasar Klewer shalat Jumat-nya di Masjid Agung Surakarta. Pasar Klewer disediakan untuk mayoritas pedagang Muslim,” tuturnya.

Ketika itu, Pakubuwono X berkehendak sekali dayung, tiga pulau terlampaui. Pasar Klewer dijadikan tempat wisata niaga, Masjid Agung Surakarta, wisata spiritual, dan Keraton Surakarta, wisata budaya. Perlu dicatat, Masjid Agung Surakarta didirikan oleh Pakubuwono II sebelum Pakubuwono X membangun Pasar Klewer.

“Jadi Pasar Klewer tidak didirikan bersamaan dengan Masjid Agung Surakarta,” terangnya.

Kanjeng Winarno menyebut Pasar Klewer sebagai urat nadi perekonomian terbesar warga Solo. “Atas kebakaran Pasar Klewer, kami turut prihatin,” ungkapnya.

Selain Kanjeng Winarno, sesepuh pedagang Pasar Klewer, Bu Bakri, juga berbagi cerita kepada Islampos tentang sejarah Pasar Klewer di rumahnya.

Pada tahun 1969, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mulai berencana membangun Pasar Klewer yang bagus dan permanen. Namun, Pemkot mencari investor dalam pembangunan pasar itu.

Baca Juga

“Jadi harganya sangat mahal bagi pedagang,” kata wanita berumur 72 tahun ini.

Karena itu, pedagang-pedagang Pasar Klewer berkumpul menolak langkah pemerintah tersebut. Mereka menuntut Pemkot tidak melibatkan investor.

Mereka ingin Pasar Klewer dibangun sendiri oleh pedagang. Namun Pemkot tidak memenuhi tuntutan mereka.

Maka, pada tahun itu, dibentuklah Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) oleh Pak Wongso. HPPK berdemo ke Balai Kota menuntut hal yang sama. Namun, Pemkot menolak tuntutan HPPK. “HPPK pulang dengan kondisi kecewa,” kenangnya.

Usaha HPPK tak berhenti sampai di situ. Mereka menemui Ibu Tien, istri Presiden Soeharto di Jakarta. Hasilnya, Pasar Klewer dibangun tanpa ikut campur investor. Pedagang dapat menempati pasar tanpa uang muka dan boleh dicicil sampai lima tahun.

“Harganya lebih murah dari investor,” jelasnya. Pasar Klewer pun dibangun dan selesai pada tahun 1971. Peresmian Pasar Klewer langsung dilakukan oleh Presiden Soeharto.

Solo-Pasar Klewer Setelah Terbakar-pusat perekonomian umat di Solo-Foto Kemendag-jpeg.image
Pasar Klewer setelah terbakar

“Pasar ini kuat sampai 100 tahun,” ujarnya menirukan pidato Soeharto ketika meresmikan Pasar Klewer. Kini tugu peresmian Pasar Klewer tak lagi tegak pasca kebakaran pasar warisan Pakubuwono X itu. (ar/Islampos)

salam-online

Baca Juga