JAKARTA (SALAM-ONLINE): Mencuatnya membaca Al-Qur’an dengan menggunakan langgam Jawa dianggap sebagai faktor kesengajaan untuk meminggirkan hal-hal yang berbau Islam dan Arab.
Fenomena pembacaan Al-Qur’an dengan langgam Jawa, menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnaen, karena ada faktor kesengajaan dalam proses tersebut. Tengku beranggapan semua nilai atau tradisi yang tidak identik dengan Indonesia akan dibuang.
“Semua yang berbau non-Indonesia mau dibuang. Tapi sialnya, hanya khusus untuk Islam dan yang berbau Arab saja,” kata Tengku Zulkarnaen seperti dikutip Republika Online (ROL), Ahad (17/5).
Parahnya, kata Tengku, hal-hal yang tidak identik dengan Indonesia tapi berbau kebudayaan non-Islam justru dipertahankan dan dipuja. Seperti kebudayaan Amerika, Cina, Korea dan Eropa.
Dijelaskannya, kalaupun sekarang ada yang membaca Al-Qur’an dengan langgam di luar langgam Arab, itu bukan karena faktor kesengajaan. “Namun hal tersebut lebih karena orang itu tidak mampu dengan langgam Arab, bukan karena disengaja memakai langgam daerahnya,” ungkapnya.
Di luar membaca Al-Qur’an, ujar Tengku, memang tidak dilarang menggunakan langgam di luar Arab. Misalnya membaca shalawat Nabi, berdoa, adzan, dan lagu lagu qasidahan. “Itu sudah dilakukan dan terjadi percampuran budaya dalam hal tersebut bahkan di seluruh Indonesia,” jelas Tengku. Namun, lanjutnya, jika yang dibaca adalah Al-Qur’an, maka hal ini tidak bisa diterima. (ROL)
salam-online