Aktivis Muhammadiyah: “Buku Terbitan Yayasan Al-Kahfi tidak Memenuhi Prinsip Equality”
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Buku yang diterbitkan Yayasan Al-Kahfi menuai pro dan kontra. Beredarnya buku yang oleh media sosial dipersoalkan itu mendapatkan klarifikasi dari Trainer yayasan tersebut.
Wasvita Sari dan Evy Widya Pratama Sari, dua orang Trainer Yayasan Al-Kahfi ini menuturkan bahwa isu yang beredar di media sosial perihal buku pembelajaran tersebut, tidak benar. Menurutnya, masyarakat hanya menyimpulkan sepotong halaman saja dari buku tersebut.
“Kita tidak bisa menyimpulkan sebuah buku hanya dari sepotong halaman, kita harus membaca utuh buku tersebut,” ujar Evy Pratama Sari saat jumpa pers di SMA Negeri 28, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (3/9) lalu.
Evy menambahkan tuduhan yang menyebutkan buku tersebut mengajarkan liberalilsme, atheisme dan kesesatan, hanyalah tuduhan belaka. Pihak yang menyebarkan opini tidak membaca buku tersebut dengan tuntas. Dia berkeyakinan, gambar sepotong halaman buku tersebut disebarkan oleh pihak tak bertanggungjawab.
“Buku yang discreenshoot hanya halaman 10, tapi bantahannya tidak dishare, harusnya fair, dishare juga dong halaman selanjutnya,” sesalnya.
Namun, hal berbeda disampaikan oleh aktivis muda Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya. Menurutnya, buku ‘Program Pelajar Jakarta Berkarakter’ itu sepintas memang tidak masalah, hanya prinsip equality tidak terpenuhi. Sebut misalnya, terkesan agama bisa menjadi ‘teroris’ yang disambung dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
“Berulang kali saya baca buku ini namun di dalam buku ini seakan mengajarkan bahwa semua objeknya Islam, penyebab tawuran, Islam, radikalisme Islam, terorisme Islam, artinya buku ini tidak memiliki nilai equality (keseimbangan/kesamaan),“ ujar Mustofa saat jumpa pers di SMA 28, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (3/9), bersama Yayasan Al-Kahfi.
“Wajar saja kalau ada masyarakat yang protes dengan isi buku tersebut karena memang tidak memenuhi prinsip equalty. Misal, judul buku dan isinya yang menyudutkan Islam seolah ‘teroris’, padahal kalau kita lihat yang membakar Masjid di Tolikara ya orang Kristen GIDI, mereka jelas ‘teroris’,“ tegasnya.
Ia melanjutkan, saat ini ada kesan media membuat opini publik tentang radikalisasi seakan kekerasan hanya dari umat Islam.
“Gara-gara opini yang sengaja dibuat di masyarakat, sekarang masyarakat cepat curiga, ada orang datangi rohis dituduh ‘teroris’, awal ‘terorisme’ itu datangnya dari rohis, ini terkesan menyudutkan Islam,“ sesal Peneliti ‘Terorisme’ ini.
Dikatakan Mustafa, tawuran itu bukan hanya dilakukan pelajar Islam. Selama ini, Barat selalu menuduh umat Islam itu ‘teroris’, dengan menyebut ayat-ayat dalam Al Qur’an.
“Saya meminta agar buku ini direvisi dengan prinsip equality informasi tadi, sehingga pelajar Islam tidak down mentalnya. Kita ingin membangun karakter pelajar, bukan malah men-down-kan mentalnya. Tawuran dan radikalisme jangan melulu dilekatkan pada siswa Islam,“ tegasnya.
Dalam kesempatan terpisah Direktur Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) ini mengatakan telah menemukan bagian dari isi buku itu yang menurutnya perlu dikritisi. Disebutkan bahwa surat Ali Imran di dalam ayat yang menegaskan ‘agama yang diridhoi Allah hanyalah Islam’, berfungsi sebagai penghibur hati umat Islam dari Allah. Sebab, dalam perjalanan dakwah umat Islam mendapatkan ejekan dan hinaan.
“Bagaimana mungkin, kok ayat Innaddiina ‘indallahil Islam (agama yang diridhoi Allah hanyalah Islam) disebut sebagai Penghibur,” kata Mustofa. Karena itu, ujarnya, buku Yayasan Alkahfi ini sepeintas seakan tidak ada masalah isinya. “Tetapi setelah diplototi ternyata ada masalah,” ungkapnya yang mengaku masih mengkaji isi buku ini. (EZ/salam-online)