Larangan terhadap Muslim Masuk ke AS bukan Hal yang Baru

–Catatan Ustadz Fathuddin Ja’far, Lc, MA–

Fathuddin Ja'far-3-jpeg.image
Ustadz Fathuddin Ja’far, Lc, MA

SALAM-ONLINE: Seruan bakal calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump soal larangan Muslim ke Amerika Serikat (AS) bukanlah hal yang luar biasa. Larangan tersebut pada dasarnya sudah diberlakukan, khususnya paska peristiwa WTC 2001 yang menghebohkan dunia itu. Padahal, menurut banyak pakar, peristiwa tersebut penuh rekayasa.

Sejak peristiwa itu, sudah berapa banyak kaum Muslimin yang dicekal alias tidak bisa masuk ke AS dan bahkan tak sedikit pula yang dideportasi setelah sampai ke sana.

Kaum Mulim yang diperlakukan tidak etis saat memasuki bandara-bandara di AS juga tidak sedikit. Salah seorang mantan Kepala Konjen RI di Kanada pernah menceritakan pada kami bahwa ia pernah ditahan dan diperlakukan tidak sopan saat memasuki salah satu bandara di AS, padahal ia katakan berkali-kali kepada petugas imigrasi bandara itu bahwa ia adalah seorang diplomat Indonesia.

Saya juga termasuk yang tidak mendapatkan visa masuk ke AS sekitar 2 tahun lalu tanpa alasan yang jelas. Saat kami tanya petugas Kedubes AS di Jakarta yang orang AS asli itu apa alasan tidak diberikan visa, ia hanya diam dan kemudian berkomentar singkat, “Pokoknya tidak bisa.” Padahal kami diundang oleh Konjen RI di salah satu kota di AS untuk bersilaturrahim dengan sebagian kaum Muslimin asal Indonesia yang berada di 11 Kota besar AS dan Kanada.

Saat itu, kami menyadari betul betapa Indonesia dan negeri-negeri Muslim lainnya tidak bernilai di mata AS. Sumbernya adalah cara pandang mereka kepada Islam dan umat Islam.

Cara pandang negatif dan membenci umat Islam itu bukan hal baru. Namun sudah terjadi sejak Islam pertama kali disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam. Sampai-sampai Allah mewanti Nabi Muhammad dan umatnya:

“Dan kaum Yahudi dan Nasrani itu tidak akan pernah ridha kepadamu sehingga kamu mau mengikuti millah mereka,” (QS Al-Baqarah: 120).

Dalam sejarah juga dibuktikan betapa dahsyatnya kebencian kaum Yahudi dan Nasrani kepada kaum Muslimin, sejak zaman Rasulullah di Madinah. Pada Perang Salib di wilayah Syam tahun 1094 – 1099 kaum Nasrani Eropa telah membantai ratusan ribu umat Islam di sana sehingga wilayah Syam, termasuk Palestina, dikuasai kaum Nasrani Eropa 91 tahun sampai Allah utus Shalahuddin Al-Ayubi untuk membebaskannya.

Begitu juga saat Prancis, Ingris, Itali, Portugis, Belanda dan sebagainya datang menjajah hampir semua negeri Muslim di abad ke-17 sampai pertengahan abad ke 20, tak terhitung jumlah umat Islam dibantai kaum Nasrani. Sebagian sejarawan menuliskan puluhan juta umat Islam mati dengan kejam dan sadis di tangan kaum Nasrani dan negeri-negeri mereka dihancurkan, dijajah dan dimiskinkan. Lebih dahsyatnya lagi, umat Islam dimurtadkan dari agama mereka. Spanyol adalah saksi nyata pembantaian dan pemurtadan terhadap uamt Islam dan juga negeri Muslim lainnya. Satu-satunya yang selamat dari penjajahan Kristen Eropa hanya Afghanistan.

Hasil dari kejahatan terbesar kaum Nasrani Eropa terhadap umat Islam dan negeri-negeri Muslim ialah dibelahnya negeri Islam yang satu menjadi lebih dari 54 negara yang sebagiannya hanya berpenduduk 500.000 jiwa seperti Kuwait, Bahrain, Brunai Darusssalam dan sebagainya. Di samping itu, pemikiran sebagian besar umat Islam berhasil pula mereka sekularkan dan memasukkan aliran-aliran sesat lainnya sehingga sempurnalah derita umat Islam masa kini. Benar-benar mereka terjajah secara fisik, pemikiran dan budaya.

Baca Juga

Umat Islam masa kini dikejutkan kembali oleh gaya politik kebencian yang dianut kaum Nasrani yang dimotori oleh G.W. Bush senior dan Yunior. Sekarang tongkat esatafet kebencian itu dilanjutkan Barack Obama yang kakek neneknya Muslim. Sudah berapa juta umat Islam Afghanistan, Irak dan Somalia yang mereka bunuh dan sekarang sudah melebar ke wilayah Syam, khususnya Suriah. Bahkan beberapa hari setalah peristiwa Paris bulan lalu, dengan pongahnya Barack Obama mengatakan, telah mengumpulkan 65 negara untuk menyerang Mujahidin yang sedang bertempur melawan kejahatan Basyar Asad di Suriah dan kelompok Syiah di Irak.

Adapun kejahatan Yahudi terhadap umat Islam tidak kalah sadisnya. Berabad-abad mereka dilindungi kaum Muslimin, khususnya di zaman Khilafah Utsmaniyah. Sebagai balasannya, Yahudi dengan rekayasa dan dukungan habis-habisan kaum Nasrani Eropa dan Amerika, telah mencaplok Palestina, jantung negeri umat Islam, sejak 1948. Berjuta-juta kaum Muslimin diusir dari negeri mereka dan tinggal tersebar di berbagai wilayah Arab dan lainya. Berapa juta sudah umat Islam di sana menjadi korban? Sampai detik ini darah umat Islam Palestina masih terus mengalir di tangan kaum Yahudi agresor itu.

Ajaibnya, semua yang dilakukan kaum Yahudi itu atas persetujuan dan dukungan lahir batin pemerintahan Nasrani Eropa dan Amerika.

Sebab itu, hendaklah kaum Muslimin pemimpin umat Islam hari ini cerdas dan jangan mau dikibuli atau ditakut-takuti oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Cukuplah tiga abad belakangan ini sebagai sejarah kelam kita. Jangan diperpanjang lagi kontrak penjajahan itu di negeri-negeri Muslim.

Apa yang diucapkan Donald Trump itu adalah sebuah keyakinan (akidah) sehingga keluar dari mulutnya. Allah mengingatkan kita:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (tidak seagama denganmu) (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya,” (QS Ali Imran: 118).

Saatnya umat Islam sedunia bersatu untuk menghentikan kejahatan kaum kafir Yahudi dan Nasrani serta sekutu mereka yang sedang dilancarkan kepada umat Islam hari ini di hampir seluruh negeri Islam dengan berbagai cara dan sarana. Sudah saatnya negeri-negeri Muslim merdeka dengan makna yang sebenarnya.

Kita harus optimis akan kemampuan kita untuk memenangkan kembali Islam dan umatnya atas dominasi kaum Yahudi dan Nasrani serta sekutunya. Dasarnya adalah janji Allah dan Rasulullah tentang akhir zaman.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, maka Dia pasti menolongmu dan akan mengokohkan tempat pijakanmu,” (QS Muhammad: 7).

Penulis adalah Da’i dan Pembina Majelis Tafaqquh Fiddin (MTF)

Baca Juga