Rezim Asad Terus Kepung Kota, Ratusan Ribu Warga Sipil di Aleppo Terancam Kelaparan

Suriah-Pengepungan Rezim Asad di Aleppo BerlanjutSALAM-ONLINE: Ratusan ribu warga sipil di daerah basis oposisi di Aleppo terancam kelaparan. Pemimpin koalisi oposisi utama Suriah, Selasa (12/7), mengecam rezim Basyar Asad yang terus berusaha mengepung kota dalam rangka memaksa kelompok pejuang untuk menyerah.

Aleppo, salah satu lokomotif ekonomi Suriah, telah hancur oleh konflik yang dimulai pada Maret 2011 dan telah menewaskan lebih dari 280.000 orang.

Pemimpin oposisi Koalisi Nasional Suriah, Anas al-Abdeh, yang berbasis di Istanbul, menyatakan sekutu rezim Asad menunjukkan komitmen yang lebih besar dibanding dengan para pendukung oposisi Suriah di Barat.

Pasukan Asad berusaha untuk sepenuhnya mengendalikan Jalan Castello di Aleppo—yang menjadi rute pasokan terakhir oposisi ke kota utara dan memaksakan pengepungan—demikian dikatakan Anas al-Abdeh kepada AFP dalam sebuah wawancara.

“Kami cukup khawatir jika rute Castello benar-benar terputus, lebih dari 300.000 warga sipil akan kelaparan dan berada di bawah tekanan besar,” katanya di markas koalisi di Istanbul sebagaimana dikutip Zaman al Wasl, Selasa (12/7).

“Sebagian besar bantuan kemanusiaan dikirim melalui rute ini. Rezim mencoba segala upaya untuk mengepung kota tersebut,” terangnya.

Pejuang opisisi pada Senin melancarkan serangan sengit untuk membuka kembali Jalan Castello setelah rute dipotong oleh pasukan rezim.

Abdeh mengatakan kekuatan udara Rusia membantu rezim Suriah. Sementara sekutu Asad lainnya, yaitu Iran, “bertugas mengelola, mengendalikan dan mengawasi operasi militer di lapangan di wilayah Aleppo”.

Realitas militer baru

Abdeh mengatakan bahwa Asad, Iran dan Rusia bekerjasama untuk menciptakan sebuah “realitas militer baru” di Suriah. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk memaksakan solusi politik.

Baca Juga

Kontrol wilayah Aleppo terbagi antara pasukan rezim di barat dan oposisi di timur sejak pertengahan 2012 dan merupakan medan pertempuran utama di Suriah.

Warga sipil telah melaporkan kekurangan makanan dan bahan bakar di kota bagian timur, sementara kios-kios pasar lokal tutup dan harga-harga melonjak tajam.

PBB mengatakan hampir 600.000 warga Suriah tinggal di daerah terkepung di Suriah, yang sebagian besar dikelilingi oleh pasukan rezim.

“Sekutu rezim telah melakukan segala upaya yang mereka miliki untuk membantu rezim. Sementara sekutu kami tidak berkomitmen dalam hal ini,” kata Abdeh.

“Saya tidak melihat kemauan politik yang nyata dari masyarakat internasional untuk mencapai solusi politik di Suriah.”

Dia mengatakan ini adalah akhir dari proses perdamaian yang berbasis di Jenewa untuk menemukan penyelesaian politik. Proses politik itu telah menemui jalan buntu sejak akhir April lalu ketika putaran terakhir berakhir.

“Tanpa kemauan politik, yang terjadi di Jenewa adalah hanya latihan retorika, tidak lebih dari itu. Kondisi saat ini tidak kondusif untuk mensukseskan proses perundingan di Jenewa,” ungkapnya. (EZ/salam-online)

Sumber: Zaman al Wasl

Baca Juga