Ketum GPII: Yang Dialami Aktivis KAMMI Saat Demo di Istana Adalah Tindakan Otoriter

Aliansi Mahasiswa & Pemuda untuk Keadilan menggelar konferensi pres, Jumat (26/5/2017) terkait tindakan kekerasan dan penangkapan yang dialami oleh sejumlah aktivis KAMMI saat berunjuk rasa di depan istana negara, Rabu (24/5) sore. (Foto:EZ/Salam-Online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Unjuk rasa ratusan mahasiswa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di depan Istana Negara, Rabu (24/5), berakhir ricuh.

Tujuh orang aktivis KAMMI, termasuk ketua umumnya, Kartika Nur Rakhman, diciduk Polisi. Sementara lima aktivis lainnya terluka akibat tindakan kekerasan terhadap aksi damai yang jauh dari anarkis itu.

Merespons hal itu, Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Karman BM menyatakan apa yang dialami oleh aktivis KAMMI merupakan tindakan otoriter yang dilakukan oleh aparat.

“Apa yang dialami oleh para mahasiswa KAMMI adalah sebuah tindakan otoriter. Di sini kami tidak menerima perlakuan baik, kami minta aparat memperlakukan kami dengan baik,” ujar Karman dalam konferensi pers yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa & Pemuda untuk Keadilan di Resto Handayani, Matraman, Jakarta, Jum’at (26/5) sore.

Baca Juga

Demonstrasi, kata Karman adalah sebuah aspirasi dan evaluasi yang sudah seharusnya dilakukan oleh mahasiswa kepada pemerintah.

“Kritik dan kontrol terhadap pemerintah perlu dilakukan. Jika tidak, kekuasaan ini bisa berjalan semena-mena dan otoriter,” terang Karman.

Karman menegaskan, pihaknya bersama mahasiswa akan terus melakukan kritik dan evaluasi terhadap pemerintah atas segala kekurangan yang ada dalam pemerintahan.

“Mahasiswa harus terus bergerak melakukan kritik dan peringatan terhadap pemerintah di tengah fase kekosongan pemerintahan,” harapnya. (EZ/Salam-Online)

Baca Juga