Mengukur Peluang TGB di Pilpres 2019

Tengku Muhammad Zainul Majdi (Tuan Guru Bajang/TGB)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pendaftaran Pilpres 2019 tinggal menghitung bulan, yakni dimulai pada 4 agustus 2018 mendatang. Beberapa partai politik seperti PDIP, Nasdem, PPP, Golkar, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Hanura dan Perindo telah mendeklarasikan dukungannya kepada petahana Joko Widodo.

Namun di samping itu, umat Islam, khususnya para simpatisan Aksi 212, belum juga menyatakan sosok calon yang akan didukung dalam Pilpres mendatang. Apalagi Koalisi Partai Gerindra dan PKS yang selama ini dekat dengan kalangan Islam, belum juga mendeklarasikan secara resmi calonnya.

Meski demikian, sosok Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr Muhammad Zainul Majdi, MA atau yang lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB), saat ini kerap Disebut-sebut berpeluang maju di Pilpres sebagai representasi umat Islam.

Ketua DPP PKS yang menjadi ketua pemenangan pasangan Anies-Sandi pada Pilgub DKI 2017, Mardani Ali Sera, menyebut TGB sebagai sosok yang layak dipromosikan.

Hal itu menurut Mardani dapat dilihat dari kesuksesan TGB dalam memimpin NTB selama 2 periode. Apalagi TGB sendiri, kata dia, adalah tokoh umat Islam.

“TGB di antara tokoh umat yang luar biasa. Menurut saya beliau dengan kepemimpinan dua periode di NTB yang sukses sangat layak dipromosikan,” kata Mardani Ali Sera kepada Salam-Online saat ditemui di Bekasi dalam  sebuah acara baru-baru ini.

Namun, apakah nanti TGB dapat dicalonkan oleh koalisi PKS dan Gerindra, menurut Mardani, hasil musyawarahlah yang akan menentukan.

Oleh karenanya, dia mengatakan bahwa umat Islam ataupun simpatisan 212 yang memiliki animo besar terhadap pencalonan TGB, harus segera bersilaturahim dengan partai-partai politik, mengingat, kata dia, presidential treshold 20 persen adalah milik parpol.

“Setelah ini temen-temen 212 atau kalangan Islam perlu segera silaturahim kepada partai-partai sehingga aspirasinya bisa diserap,” harap Mardani.

Cawapres Gerindra-Demokrat

Partai Demokrat yang menjadi tempat bernaung TGB sendiri sampai saat ini juga belum menentukan sikapnya terkait Pilpres 2019. Apakah nanti partai yang berkuasa selama satu dekade sebelum Jokowi itu akan membuat koalisi baru atau malah justru merapat ke koalisi Gerindra-PKS.

Demokrat sendiri, selain TGB, masih memiliki kader lain yang juga berpeluang untuk maju di Piplres mendatang. Sosok itu adalah yang kalah dalam kontes Pilgub DKI tahun lalu. Dia adalah anak dari Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambag Yudoyono (SBY), Presiden RI ke-6, yakni Agus Harimurti Yudhoyono  (AHY).

Namun jika nantinya Demokrat harus merapat ke Gerindra, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengungkapkan, Prabowo Subianto harus memilih cawapresnya dari Partai Demokrat. Dan, sosok TGB-lah yang lebih pantas ketimbang AHY, kata Riza.

“Memang itu (Zainul Majdi) yang termasuk dalam nominasi cawapres Prabowo Subianto,” ungkap Riza sebagaimana dikutip Jawapos.

Apalagi, Menurut Ahmad Riza, kader Partai Demokrat itu memang memiliki kapasitas, sehingga cocok masuk dalam radar pendamping Prabowo. TGB juga, kata dia, memiliki hubungan baik dengan Prabowo.

“Yang bersangkutan itu (TGB) dianggap cukup baik dan punya hubungan baik dengan Prabowo Subianto,” ujar Riza.

Baca Juga

Menarik Suara Umat

TGB sendiri adalah salah seorang pejabat negara yang menjadi simpatisan 212. Lebih-lebih pada aksi 411 TGB sendiri hadir di tengah-tengah demonstran. Hal itu jelas menjadi bukti bahwa TGB berada di pihak kebanyakan umat Islam.

Center of Study for Indonesian Leadirship (CSIL) menganggap tak cukup hanya memiliki keberpihakan terhadap umat Islam atau 212, ada beberapa hal yang perlu dilakukan TGB untuk dapat menarik suara umat secara keseluruhan.

Menurut Direktur CSIL Aji Dedi, TGB harus dapat mengonsolidasi dengan matang umat Islam secara keseluruhan dan masyarakat secara umum. Karena, menurut Aji, persoalan bangsa bukan hanya soal pembangunan, tapi juga ada beberapa hal lain yang mesti dikonsolidasikan secara luas.

“Konsolidasi umat dan bangsa menjadi prioritas kita. Karena pembangunan tanpa diselesaikan dengan konsolidasi, itu akan gonjang ganjing,” kata Aji saat dihubungi Salam-Online.

Selain itu, ujar Aji, TGB juga harus dapat mencitrakan dirinya sebagai sosok yang bersih dan berkomitmen dalam perjuangan umat, untuk dapat meraih suara.

“Pemimpin yang bersih, bukan kutu loncat. Jadi perjuangannya untuk umat itu terlihat,” ungkap Aji.

Sosok TGB sendiri dianggap Aji sebagai sosok yang wajar jika saat ini mendapatkan dukungan yang cukup besar dari umat. TGB juga, terang Aji, adalah salah satu pemimpin yang menjadi penilaian CSIL yang nantinya dapat direkomendasikan.

“Tapi masih ada beberapa tokoh yang kita timbang-timbang,” ujarnya.

Sosok Kader Partai Islam yang Membelot

TGB bukan hanya seorang politisi belaka, dia juga adalah sosok ulama yang cukup disegani di NTB. TGB memperoleh pendidikan formalnya dari mulai strata satu sampai doktor di Universitas Islam tertua di dunia, Universitas Al-Azhar Kairo.

Keilmuannya pada bidang Tafsir tidak bisa diragukan. Terbukti saat meraih gelar Master of Art (MA) dia lulus dengan predikat Jayyid Jiddan atau sangat baik. Sementara ketika meraih gelar doktor, disertasinya mendapatkan nilai Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba atau Summa Cumlaude.

Setelah menamatkan gelar doktornya, TGB pada 2004 memutuskan untuk terjun ke dunia politik, bergabung dengan Partai Bulan Bintang (PBB). Melalui partai itulah TGB akhirnya berhasil duduk di DPR RI masa jabatan 2004-2009.

Diusung oleh PBB dan PKS, pada 2008 TGB akhirnya berhasil menjadi Gubernur NTB. Namun pada Pilgub 2013, yang kembali memenangkan dirinya, TGB memutuskan untuk berpaling dari PBB dan menjatuhkan hatinya kepada partai penguasa negeri saat itu, Demokrat. Sampai saat ini, TGB masih tercatat sebagai kader partai tersebut.

Terlepas dari itu semua, TGB sendiri selama menjabat Gubernur, kerap mendapatkan banyak penghargaan. Jumlah penghargaannya jika diurutkan menurut tahun adalah, 2008 dua penghargaan, 2009 sebelas penghargaan, 2010 sembilan penghargaan, 2011 enam penghargaan, 2012 sembilan penghargaan, 2013 enam penghargaan, 2014 delapan penghargaan, 2015 sembilan penghargaan, 2016 tujuh penghargaan dan beberapa penghargaan di tahun 2017 seperti Gubernur Terbaik, Penghargaan Transparansi dan Akuntabilats Pengelolaan Keuangan, Penghargaan Nasional terbaik tentang kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), dan lainnya. (MNM/Salam-Online)

Baca Juga