Di Belgia, Serangan Mengerikan Dialami oleh Gadis Muslim

BRUSSELS (SALAM-ONLINE): Kelompok Muslim dan Yahudi pada hari ini, Kamis (5/7/2018), mengecam keras serangan terhadap seorang gadis Muslim muda di kota Charleroi, Belgia.

Dalam sebuah pernyataan, Komite Koordinasi Organisasi Yahudi Belgia (CCOJB) mengatakan bahwa mereka mengutuk dalam istilah terkuat “serangan mengerikan yang dialami oleh seorang gadis muda Muslim.”

Kelompok itu menggambarkan serangan tersebut sebagai “tindakan tercela”. Jlbab gadis itu ditarik dan dia dinista.

Sementara itu, Federasi Islam Belgia juga mengutuk serangan tersebut. Mereka menyerukan agar diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengadili para penyerang.

Dalam sebuah pernyataan, federasi mengutuk “retorika separatis” yang digunakan oleh para politisi Belgia.

“Selama jilbab dan wanita Muslim ditampilkan sebagai ancaman, kekerasan akan menjadi tak terhindarkan,” tambah pernyataan itu.

Federasi mengatakan insiden seperti itu menanamkan ketakutan pada wanita Muslim dan mendesak pemerintah untuk memastikan perlindungan terhadap wanita berjilbab.

Pada Senin (2/7) malam, dua penyerang menyerang seorang remaja Muslim berusia 19 tahun di kota Anderlues. Kedua penyerang itu dilaporkan merobek pakaian gadis muda tersebut, kemudian meninggalkannya dengan luka di dada dan kaki yang ditimbulkan akibat benda tajam.

Baca Juga

Pada Rabu 4/7), juru bicara Inter-federal Centre for Equal Opportunities (UNIA) Bram Sebrechts mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa serangan itu dimotivasi oleh Islamofobia.

Namun, Kantor Kejaksaan Charleroi akan membuat keputusan tentang sifat serangan itu, kata Sebrechts.

Anggota parlemen Belgia yang berasal dari Turki, Mahinur Ozdemir, mengatakan, wanita muda itu keluar pada malam hari untuk mencari kucingnya ketika dia diserang.

Ozdemir mengatakan korban bisa saja dibunuh.

“Jika langkah-langkah tidak diambil, sayang, akan mustahil untuk mencegah serangan seperti itu,” katanya.

Islamofobia dan kebencian terhadap migran dalam beberapa tahun belakangan ini di Uni Eropa (UE) semakin meningkat. Hal itu dipicu oleh propaganda dari partai-partai sayap kanan dan populis yang mengeksploitasi ketakutan atas krisis pengungsi dan “terorisme”. (S)

Sumber: Anadolu Agency

Baca Juga