SALAM-ONLINE.COM: Wakil Ketua Umum MUI Dr Anwar Abbas, mengkritik agenda lomba menulis artikel bertema ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’ yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Ia menyebut lebih baik BPIP dibubarkan saja.
Anwar menilai lembaga yang dewan pengarahnya diketuai Megawati Soekarnoputri itu tidak memiliki kepekaan sosial di tengah pandemi Covid-19.
Tokoh Muhammadiyah ini juga menyebut lomba yang diinisiasi oleh BPIP itu tidak kontekstual. Ia khawatir, jika ada satu tulisan peserta lomba yang menyimpang, seluruh santri kena getahnya.
“Kesimpulan saya, BPIP ini memang sebaiknya dibubarkan saja. Bukannya apa, lombanya nggak kontekstual. Orang lagi covid, malah masalah hukum bendera,” ujar Anwar Abbas, dikutip dari detikcom dan CNN Indonesia, Sabtu (14/8/2021).
“Yang dipersoalkan masalah bendera, nanti ujung-ujungnya kalau ada tulisan yang menyatakan haram, misalkan, nanti dijadikan alat untuk menggebuk santri,” tegas Anwar.
Menurut Anwar, BPIP tidak jelas karena tidak paham situasi masyarakat. “Dari dulu saya melihat BPIP tidak ada yang positif. Yang dikerjakannya mengundang kontroversi terus,” kata Anwar.
BPIP Jelaskan soal Lomba
Diberitakan sebelumnya, poster terkait informasi lomba ini disampaikan BPIP melalui akun Twitternya, Rabu (11/8/2021). Lomba ini diadakan untuk memperingati Hari Santri Nasional.
Ada dua tema yang diusung dalam lomba penulisan artikel ini, yakni ‘Hormat Bendera Menurut Hukum Islam’ dan ‘Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam’. Lomba ini berhadiah total Rp 50 juta.
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo (Romo Benny) pun meluruskan maksud lomba artikel Hari Santri yang ramai diprotes itu. Dia mengatakan lomba ini memang dikhususkan untuk Hari Santri sehingga temanya pun disesuaikan.
“Khusus untuk Hari Santri, BPIP memang membuat lomba-lomba yang dikhususkan untuk itu. Tapi BPIP juga akan membuat lomba-lomba untuk hari besar, seperti Natal, Waisak atau hari besar Galungan, Konghucu,” kata Romo Benny kepada wartawan, Jumat (13/8).
“Temanya kan memang khusus karena itu menyangkut santri, kan. Kan nanti juga misalnya menurut Kristen gimana penghormatan bendera. Untuk agama Buddha, Konghucu, Hindu juga akan ada,” lanjutnya.
Dia menegaskan tidak ada maksud membenturkan nilai agama dan nasionalisme sebagaimana narasi yang diviralkan. Menurutnya, tema itu dimaksudkan untuk memupuk rasa cinta pada Tanah Air.
“Nggak ada pembenturan itu. Nggak ada. Maksudnya ini memupuk cinta pada Tanah Air,” dalihnya. (detik)