Ketika Mantan ‘Ulama’ Syiah Ini Pindah pada Keyakinan Islam, Sang Istri Minta Cerai

Syiah-taubatnya ulama syiah-3-jpeg.image
Dua tampilan berbeda Syaikh Al’Allaamah Abu ‘Ali Husain Al-Muayyid, sebelum (kiri) dan sesudah keluar dari Syiah (kanan)

SALAM-ONLINE: Penganut Syiah di Timur Tengah, pada Rabu 19 Maret 2014 digemparkan oleh Wesal TV Arab Saudi yang menyajikan acara “panas”.

Pasalnya, tamu dalam acara tersebut adalah salah seorang mantan ‘ulama’ Syiah, ‘ulama’ hadits, fiqh dan ushul agama Syiah sekaligus sebagai marja’ (ulama rujukan) dalam komunitas syiah. Ia kini berwajah sebagai seorang ulama Islam yang sangat handal. Semalam ia muncul untuk pertama kalinya secara resmi sebagai seorang ulama Islam, setelah sebelumnya ia kerap muncul sebagai ‘ulama’ Syiah yang berserban hitam ala Syiah.

Biasanya jika sudah menjadi marja’, uang jutaan dolar dari hasil “khumus” akan memenuhi rekening banknya di Swiss, Jerman, Prancis atau Negara Eropa lainnya. Sebab semua uang khumus-nya kaum Syiah, penempatannya diatur oleh seorang marja’ sekehendaknya.

Dengan segala kekayaan dan tingginya derajat ‘keulamaan’ ini, ternyata mantan marja’ Syiah ini, yakni Syaikh Al’Allaamah Abu ‘Ali Husain Al-Muayyid, meninggalkan pangkat tersebut dan lebih memilih untuk menyelamatkan keyakinannya. Baginya pangkat, harta dan kedudukan tinggi tidak berarti jika akidah dan keyakinannya tidak memiliki dasar dan pondasi yang benar dan absah. Itulah sebabnya, ia “melarikan diri” dari semua harta dan pangkat dunia demi meraih cahaya iman dalam bingkai Islam (ahlus-sunnah wal jamaah).

Tak tanggung-tanggung, ia rela meninggalkan semua kerabatnya. Orangtuanya yang merupakan salah satu pemuka Syiah dari keturunan marga Al-Kaadzhimiyah (marga tinggi Syiah) ia tinggalkan, demikian juga semua anak dan istrinya, sebab mereka semua tidak menyetujui kepindahannya ke dalam Islam yang sesungguhnya.

Ibunya adalah anak salah satu marja’ Syiah; Ayatullah Sayid Hasan Shadar. Sedangkan istrinya adalah saudari dari dai Syiah populer, Ammaar Al-Hakim.

Ketika istrinya mengetahui ia telah masuk Islam, ia meminta cerai dan berkata kepadanya, “Saya tidak akan pernah rela hidup menjadi istri seorang suami yang mendoakan keridhaan terhadap Aisyah (istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam).”

Mendengar itu, iapun menjawab, “Demikian juga aku, tidak mungkin bisa hidup dengan seorang istri yang selalu saja mencaci maki ibundaku, Aisyah radhiyallaahu’anha.”

Karena khawatir ditangkap atau dibunuh oleh otoritas rezim Irak dan Iran yang Syiah, ‘Ali  Husain pun melarikan diri ke Yordania, lalu pindah ke Lebanon, dan sekarang tinggal di Jeddah, Arab Saudi. Ia mendapatkan suaka dan keamanan di Arab Saudi, dan sekarang menjadi salah satu ulama yang ditugaskan di Rabithah Al-’Aalam Al-Islamiy di Jeddah.

Rabu (18/3) malam, di Wesal TV ‘Ali Husain mengisahkan perjalanan hidupnya, dari kecil, sewaktu menuntut ilmu di Hawzah Nejf dan Qum, hingga menjadi ‘ulama’ rujukan (marja’) Syiah di Iran dan Irak secara khusus, dan di dunia secara umum.

Salah satu alasan yang membuat Husain Al Muayyid meninggalkan Syiah karena, “Peperangan Syiah bukanlah peperangan melawan Abu Bakar dan Umar akan tetapi peperangan melawan Allah dan Rasul-Nya,” ucapnya kepada Wesal TV.

Muhammad Abdurrahman Al Amiry  dalam al-amiry.blogspot.com, Jumat (21/3/2014) menulis:

Seorang marja’ Syiah, ulama besar rujukan para Syiah, Husain Al Muayyid, telah bertaubat dan meninggalkan ajaran kufur Syiah, lalu ditanya pada sebuah tayangan di channel Wesal TV. “Keuntungan apa yang engkau dapatkan setelah meninggalkan ajaran Syiah?” Pertanyaan ini dijawab Husain Al Muayyid:

أدركت أن معركة الشيعي ليست مع أبي بكر و عمر بل هي مع الله و رسوله. و أنا لا أستطيع أن أدخل في معركة مع الله و رسوله. و لذالك من الأمور التي ربحتها أنني خرجت من هذه المعركة و هي معركة خاسرة لا شك في ذالك. لأنك إذا أمنت بهذه العقيدة سيجرك إيمانك إلى أن الله سبحانه و تعالى قد قصر في بيان هذه العقيدة و إقامة الحجة عليها و أن الرسول ليس فقط أنه قصر و إنما الصورة التي تعطيها العقيدة الشيعية إذا آمنت بها أن الرسول قائد ضعيف بحيث لا يستطيع من موقعه القيادي هذا أن يثبت العقيدة التي يأمره الله تعالى. هذا المعنى أن المعركة أصبحت معركة مع الله و الرسول. و أنا لا أستعد أن أدخل في المعركة مع الله و رسوله

“Saya dapatkan bahwasanya peperangan Syiah bukanlah peperangan melawan Abu Bakar dan Umar, akan tetapi peperangan melawan Allah dan RasulNya. Dan aku tidak mampu untuk memasuki sebuah peperangan dalam rangka melawan Allah dan Rasul-Nya. Karenanya, di antara perkara-perkara keuntungan yang aku dapatkan ketika meninggalkan ajaran Syiah adalah bahwasanya aku dapat keluar dari peperangan ini. Peperangan ini adalah peperangan yang begitu merugikan, tidak ada keraguan lagi dalam masalah itu. Karena jika kamu berkeyakinan dengan akidah Syiah, maka keyakinanmu akan menyeretmu dalam sebuah keyakinan bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala telah lalai dalam menjelaskan akidah ini dan lalai pula dalam menegakkan hujjah atasnya dan bahwasanya Rasul bukan hanya lalai akan tetapi—sebuah gambaran yang diberikan oleh akidah syiah jika engkau mengimani akidahnya—bahwasanya Rasul adalah pemimpin yang lemah sebagaimana Rasul tidak bisa menetapkan akidah yang Allah perintahkan ini. Maka itu artinya adalah bahwa peperangan ini menjadi peperangan melawan Allah dan Rasul-Nya. Dan aku tidak mampu untuk memasuki peperangan melawan Allah dan RasulNya.”

Ketahuilah, kata Al Muayyid, tidak ada agama yang paling kejam melainkan agama Syiah Rafidhah, Ja’fariyyah, Imamiyyah, Itsna Asyariyyah, Ismailiyyah, Nushairiyah, Bahaiyyah. Mereka tega menyayat anak mereka sendiri dengan pisau. Dan tentu mereka akan lebih tega lagi untuk menyayat anak-anak Muslim.

Jangan sekali-kali Anda menunda untuk menyebarkan kesesatan dan kekufuran Syiah, sebelum datangnya penyesalan jika Indonesia mengalami sebuah kejadian sebagaimana yang dialami oleh Suriah. Maka, bebaskanlah indonesia dari agama syiah karena dia adalah agama kufur.

Ajarkan keluarga Anda akan kesesatan Syiah, jika Anda tidak ingin keluarga akan mengalami musibah sebagaimana musibah di Suriah.

Syaikh Muhammad Al Arifi berpesan dalam khutbahnya:

إن السكاكين التي تذيح أطفال سوريا فإنها في طريق إلى رقاب أطفالنا و أطفالكم. إن لم ننصرهم, فإن الصفويين يرون ذبحنا و ذبح أطفالنا و تقطيعات أجسادنا يرون قربة في دينهم يكسبون بها ثوابا

“Sesungguhnya pisau-pisau yang menyembelih anak-anak Suriah, sungguh dia sedang dalam perjalan menuju leher anak-anak kita dan anak-anak kalian. Jika kita tidak menolong mereka, sesungguhnya orang-orang Shofawiyyah (negara Syiah Iran) akan memilih untuk menyembelih kita dan anak-anak kita dan akan memutilasi tubuh-tubuh kita. Mereka berpendapat, itulah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam ajaran agama mereka. Mereka mengharapkan pahala dengan semua itu.”

Sumber: fimadani.com/al-amiry.blogspot.com

Baca Juga
Baca Juga