Agar Mudah Temukan Tempat Shalat, Lima Pemuda Muslim Prancis Dirikan Komunitas Salatsurfing

Prancis-Salatsurfing-jpeg.imagePARIS (SALAM-ONLINE): Lima pemuda Muslim di negara dengan mayoritas penduduk Katolik mendirikan sebuah komunitas online yang diberi nama Salatsurfing.

Komunitas yang dilengkapi dengan aplikasi dan website ini berupaya menghubungkan setiap Muslim yang ingin mendirikan shalat dengan mereka yang bersedia menyediakan tempat shalat secara gratis.

Prancis yang mayoritas penduduknya Katolik , tempat ibadah umat Islam relatif sedikit, dengan perkiraan hanya satu dibanding 1.200 tempat ibadah lainnya di Prancis. Dengan perbandingan seperti ini, tentu sulit bagi warga Muslim Prancis untuk mendirikan shalat di dekat tempat mereka beraktivitas.

Aplikasi ini dibuat untuk mempermudah Muslim yang ingin beribadah sekaligus menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tentunya bagi Muslim yang ingin meningkatkan kualitas ibadahnya, baik ibadah shaum maupun shalat wajib lima waktu, aplikasi ini sangat membantu.

Hingga saat ini, Salatsurfing memiliki 150 ruang shalat, baik di rumah maupun kantor di seluruh Prancis. Sekitar 2.500 orang telah bergabung sejak layanan yang dilengkapi dengan geolocation ini mulai beroperasi pada September 2014 lalu.

Sofiane Benabdallah, salah satu pendiri Salatsurfing, menyatakan bahwa ide ini serupa dengan dengan aplikasi Airbnb atau Uber. Bedanya, layanan ini gratis dan bertumpu pada kesediaan warga Prancis untuk menyumbangkan ruangan mereka sebagai tempat shalat.

“Kami tidak ingin menggantikan peran masjid. Masjid berperan penting dalam ajaran Islam,” kata Yosra Farrouj, salah satu pendiri Salatsurfing, seperti dilansir CNN, Senin (16/6).

Baca Juga

“Salatsurfing merupakan sebuah alternatif ketika masjid sedang ditutup atau warga Muslim kesulitan menemukan masjid di sekitar mereka,” tambahnya.

Otmane Aziz, salah satu anggota Salatsurfing menilai menyumbangkan ruang untuk shalat merupakan hal yang wajar.

“Ini soal persaudaraan, solidaritas. Bagi saya, ini wajar saja,” tutur Aziz.

Setelah serangan terhadap kartunis Charlie Hebdo dan serangkaian kekerasan setelahnya yang menewaskan total 17 orang, sentimen anti-Muslim meningkat di Prancis.

April lalu, pemerintah Prancis menyediakan uang sebesar US$150 juta untuk menangani permasalahan isu ras, anti-Semit dan Islamofobia di negara tersebut. (EZ/salamonline)

Baca Juga