Fahira Idris: Bencana Dunia Itu Bernama Trump
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengutuk keras keputusan provakatif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui secara resmi Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota “Israel”, diikuti persiapan pembukaan kedutaan AS di kota tersebut.
Menurutnya, apa yang dilakukan Trump adalah noktah hitam sejarah peradaban manusia karena tindakan tidak bertanggungjawab itu bukan hanya menginjak-injak upaya perdamaian di Timur Tengah dan melukai hati umat Islam di seluruh dunia, tetapi juga berpotensi melahirkan bencana besar bagi kedamaian dunia.
“Bencana dunia itu bernama Trump. Jika dia tetap ngotot merealisasikan keputusan provakatif ini, kelak lembaran sejarah dunia akan mencatatkan namanya sebagai salah satu tokoh yang menjadi noktah hitam dalam peradaban modern manusia. Warga dunia harus melawan keputusan ini,” tegas Fahira Idris kepada Salam-Online, Jumat (8/12/2017).
Fahira mengungkapkan, provokasi yang dilakukan Trump menunjukkan bahwa Presiden Amerika ke-45 ini bukan hanya mengoyak-oyak kesepakatan Dewan Keamanan PBB, tetapi juga memunggunggi perjuangan dan komitmen negara-negara Muslim dan negara lain di dunia dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
“Trump sama sekali tidak memedulikan sikap tegas negara-negara Muslim terbesar di dunia seperti Indonesia, Turki, dan banyak negara Muslim lainnya yang selama ini memperjuangkan kemerdekaan Palestina,” ujar Fahira.
Bahkan, lanjutnya, dia menutup telinga atas penolakan negara-negara besar seperti Rusia dan Cina serta negara-negara di Uni Eropa.
“Orang seperti ini benar-benar akan menjadi bencana besar bagi dunia,” terang Senator dari Dapil Jakarta ini.
Fahira berharap pemerintah Indonesia, mengambil peran besar dalam menghentikan rencana tidak bertanggungjawab Presiden Trump ini. Bukan hanya karena Indonesia negara Muslim terbesar di dunia tetapi juga lantaran ikut dalam upaya memerdekakan Palestina yang merupakan amanat konsititusi. Konstitusi yang dibuat para pendiri bangsa ini.
Indonesia, kata Fahira, juga mengamanatkan kepada seluruh rakyat negeri ini untuk tidak boleh tinggal diam selama masih ada penindasan dan penjajahan di atas dunia.
Ini saatnya, harap Fahira, Presiden Jokowi mengambil peran besar sebagai kepala negara terdepan yang menekan Amerika mengurungkan niatnya tersebut. Ini momentum bagi Presiden Jokowi untuk menjalankan komitmennya saat kampanye untuk berdiri bersama rakyat Palestina menuju kemerdekaan.
“Jika nanti keputusan Trump ini benar-benar direalisaikan, Indonesia harus mampu meyakinkan dunia bahwa tidak boleh ada satu pun negara yang mengikuti jejak Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota ‘Israel’,” pungkasnya. (EZ/Salam-Online)