Fahmi Salim: “Maarif Institute tidak Ada Hubungannya dengan Muhammadiyah”

Fahmi Salim-1-jpeg.image
Fahmi Salim, MA

SURABAYA (SALAM-ONLINE): Anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Fahmi Salim, MA, membantah peluncuran buku yang diterbitkan Maarif Institute berjudul “Fikih Kebinekaan” ada kaitannya dengan Muhammadiyah.

“Maarif institute tidak ada hubungannya dengan Muhammadiyah, dan buku itu tidak mencerminkan sekali keputusan resmi keagamaan yang dianut oleh Muhammadiyah,“ ujar Fahmi kepada salam-online di sela-sela Munas IX MUI di Surabaya, Selasa (25/8).

Menurut Fahmi, pernyaataan pimpinan penerbit Mizan Haidar Bagir yang ingin menggandeng para sarjana dari Muhammadiyah dan bekerja sama dengan Muhammadiyah, itu tidak bisa diputuskan melalui keputusan Ketua Umum saja.

“Pernyataan Ketua Umum yang ingin bekerjasama dengan Mizan itu adalah pendapat pribadi bukan melalui Muhammadiyah. Menggandeng Muhammadiyah secara resmi itu tidak mudah, karena banyak pihak, banyak majelis, keputusan organisasi harus didukung penuh oleh 13 pimpinan pusat Muhammadiyah,“ ungkapnya.

Kata Fahmi, istilah buku “Fikih Kebinekaan” itu adalah baru. Intinya, untuk mengkover dari istilah pluralisme agama. Padahal pluralisme agama itu sudah dharamkan oleh MUI, bahkan Muhammadiyah juga menolak.

Baca Juga

“Mereka memasarkan buku dengan istilah ‘Fikih Kebinekaan’. Kalau dalam istilah fikih ini adalah tipu muslihat. Liberal itu mempunyai kepentingan yang sama. Untuk mendekonstruksi ajaran Islam, maka mereka akan mencari teman-teman koalisi, ke depan pertarungan ini antara fundmentalis dengan liberal,“ tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Maarif Institute bekerjasama dengan penerbit Mizan melaunching buku “Fikih Kebinekaan” di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta. Dalam kesempatan itu pimpinan Penerbit Mizan Haidar Bagir menyatakan akan menggandeng Muhammadiyah untuk menerbitkan karya para sarjana salah satu organisasi terbesar Islam itu.

“Agar kita bisa menyaingi militansi luar biasa yang sekarang ditampilkan oleh kelompok ‘anti kebinekaan’ dan ‘anti toleransi’,” ungkap Haidar Bagir.

Menurut Haidar, kelompok-kelompok yang ‘intoleran’ harus dicegah melalui komunitas dan penerbit buku seperti Mizan, dan lain-lain.

Sementara Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nasir yang hadir dan juga memberikan sambutan di acara launching itu menyatakan upaya organisasi yang dipimpinnya untuk menggelar dialog Sunni-Syiah. (EZ/salam-online)

Baca Juga