Badai Hujan Banjiri Tenda-tenda di Gaza, Pakar PBB Kecam ‘Genosida Perlahan Israel’

SALAM-ONLINE.COM: Hujan deras mengguyur ribuan tenda di Jalur Gaza sejak Rabu (10/12/2025), memperburuk kondisi yang sudah mengerikan bagi ratusan ribu pengungsi Palestina.
Krisis tempat tinggal yang akut terus berlanjut lebih dari dua tahun setelah perang genosida dimulai, karena penjajah “Israel” melarang masuknya tenda dan rumah mobil. Itu berarti melanggar perjanjian gencatan senjata yang diberlakukan sejak 10 Oktober lalu
Middle East Eye (MEE) melaporkan, hujan lebat dimulai sebelum fajar, menenggelamkan tenda-tenda di seluruh Jalur Gaza.
Hampir empat jam hujan membuat sebagian besar wilayah Gaza utara terendam air. Banjir di jalanan mencapai hampir setengah meter.
Daerah dataran rendah, terutama yang dekat dengan pantai, tergenang sepenuhnya.
Dalam seruan mendesak kepada komunitas internasional, Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil di wilayah yang terkepung tersebut meminta bantuan segera bagi puluhan ribu keluarga pengungsi yang menghadapi cuaca buruk.
“Para pengungsi di Jalur Gaza tenggelam di tenda-tenda mereka yang reyot,” bunyi pernyataan Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil itu. “Bersatu untuk menyelamatkan nyawa mereka adalah kewajiban kemanusiaan dan moral.”
Hujan lebat, banjir bandang, dan angin kencang diperkirakan akan terus berlanjut di seluruh Palestina hingga Jumat.
Kesepakatan gencatan senjata telah gagal
Di tengah memburuknya kondisi di Gaza, Pelapor Khusus PBB untuk Hak atas Perumahan yang Layak, Balakrishnan Rajagopal, memperingatkan bahwa situasi telah menjadi “sangat mendesak dan kritis”. Musim dingin semakin memperparah krisis kemanusiaan.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Rajagopal mengatakan sekitar 1,5 juta orang tidak memiliki akses ke tempat tinggal yang layak di Jalur Gaza yang dilanda perang itu.
Ia menambahkan bahwa badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, memiliki tempat penampungan untuk sekitar 1,3 juta orang di luar Gaza, tetapi “Israel” memblokir masuknya mereka ke Jalur Gaza.
“Meskipun ‘Israel’ telah setuju untuk mengizinkan masuknya pasokan berdasarkan perjanjian gencatan senjata, kenyataannya tidak ada yang masuk,” kata Rajagopal.
“Jelas bagi saya bahwa perjanjian gencatan senjata telah gagal dan tidak dipatuhi,” tambahnya.
Rajagopal mengatakan “Israel” terus melakukan serangan dan penghancuran bangunan tempat tinggal setiap hari. Ia menyatakan keprihatinan bahwa “dunia tidak melakukan tindakan apa pun untuk menekan ‘Israel’ agar mematuhi gencatan senjata”.
“Kegagalan ini berada di pundak komunitas internasional,” tegasnya.
Pakar PBB menggambarkan kelaparan dan penghambatan bantuan saat ini sebagai bentuk “genosida perlahan”
“Mereka terus membunuh secara perlahan. Sayangnya, ini merupakan tingkat kekejaman dan penderitaan yang belum pernah kita saksikan dalam konflik lain,” katanya.
“Ini adalah penegakan sistematis terhadap kondisi sadis, dan seolah-olah orang-orang di ‘Israel’ menikmati melihat warga Palestina menderita. Ini adalah perilaku yang belum pernah kita lihat dalam konflik apa pun sebelumnya… Saya sangat terkejut.”
Sejak perjanjian gencatan senjata pada Oktober lalu, “Israel” telah melakukan setidaknya 738 pelanggaran langsung, termasuk serangan udara, penembakan, dan penghancuran rumah.
Setidaknya 379 orang telah dibunuh oleh pasukan penjajah “Israel” sejak 11 Oktober.
“Israel” juga mempertahankan pembatasan ketat terhadap masuknya bantuan kemanusiaan, hanya mengizinkan sejumlah truk terbatas, yang tidak termasuk tempat tinggal, makanan, dan barang-barang medis yang penting. (af)