Rakyat Suriah Peringati Satu Tahun Tumbangnya Assad: Bagai ‘Tembok Berlin Timur Tengah’

SALAM-ONLINE.COM: Warga Suriah memperingati satu tahun penggulingan rezim Basyar Assad pada Senin (8/12/2025) dengan gemak takbir di masjid-masjid dan kembang api yang menerangi langit. Sementara musik semangat juang menggelegar dari mobil dan bus, serta bendera baru negara yang berkibar dari balkon.

Di ibu kota Damaskus, seperti diberitakan Middle East Eye (MEE), Selasa (9/12), warga bangun pagi-pagi sekali karena suara takbir dari pengeras suara Masjid – sebuah pernyataan Kemahabesaran Allah yang mengiringi momen-momen penuh rasa spirit Islam dan kebangsaan.

Kemudian, di Lapangan Umayyah yang ikonis, parade militer yang menampilkan kuda, tank, dan helikopter menjadi pusat perhatian.

Keadaan serupa terjadi di kota-kota Aleppo, Hama, Homs, Idlib, dan Daraa. Musik semangat juang menggelegar dari balkon. Kerumunan orang menari untuk memperingati apa yang kini dirayakan sebagai Hari Pembebasan.

Presiden sementara Suriah Ahmad Hussein al-Sharaa melaksanakan shalat subuh di Masjid Umayyah, Damaskus. Ia mengapresiasi “pengorbanan dan kepahlawanan” para pejuang yang menggulingkan dinasti Assad.

Mengenakan seragam militer yang sama seperti yang dikenakan tahun lalu, Sharaa, yang baru saja kembali dari Qatar, juga mendesak warga Suriah untuk “membangun Suriah yang kuat, memperkuat stabilitas dan menjaga kedaulatannya”.

Pada akhir November 2024, kelompok-kelompok di wilayah barat laut negara itu – dipimpin oleh kelompok Hay’at Tahrir al-Syam (HTS) pimpinan Sharaa yang kini telah bubar – melancarkan serangan ke kota Aleppo, dengan tujuan merebutnya kembali dari rezim Assad.

Para pejuang terkejut ketika tentara Suriah runtuh tanpa perlawanan berarti, pertama di Aleppo, kemudian di kota-kota penting lainnya seperti Hama dan Homs.

Dengan terbukanya jalan menuju Damaskus, kelompok-kelompok pejuang revolusi di selatan memobilisasi dan melancarkan serangan mereka sendiri menuju ibu kota.

Para pejuang merebut Damaskus pada 8 Desember 2024. Sementara Assad melarikan diri ke Rusia, mengakhiri lebih dari lima dekade rezim dinasti yang brutal dan menciptakan “perang saudara” selama 14 tahun yang mengakibatkan kematian sekitar 600.000 orang.

Assad mengasingkan diri di Moskow hingga kini bersama istrinya, Asmaa, dan ketiga anaknya.

Peringatan penggulingannya memicu luapan emosi di media sosial. Banyak yang membingkai hari itu sebagai momen kelahiran kembali bangsa.

Baca Juga

“Pada hari ini, Suriah bernapas lega,” tulis seorang pengguna medsos dalam bahasa Arab.

“Negara itu dibebaskan dan dikembalikan kepada rakyatnya. Semoga kebaikan dan keselamatan selalu menyebar di seluruh negeri itu.”

Yang lain menggambarkan peringatan tersebut sebagai momen yang sangat pribadi, mengenang di mana mereka berada ketika Damaskus jatuh.

Seorang pengguna medsos lainnya menulis: “Hari itu tetap menjadi momen paling bahagia dalam hidup saya.” Ia mengingat berada di ibu kota saat berita pengambilalihan kekuasaan menyebar.

Beberapa unggahan menyoroti mendadaknya dan skala historis transisi tersebut.

Seorang pengguna medsos yang lain membandingkan jatuhnya Assad dengan “Tembok Berlin Timur Tengah”. Ia mengenang begadang sepanjang malam Desember 2024 lalu. “Terpaku pada layar tetapi juga takut akan keluarga saya di Damaskus”.

Bagi yang lain, peringatan tersebut membawa secercah harapan yang penuh kehati-hatian.

Seorang pengguna media sosial Suriah yang pulang tahun ini menulis tentang kunjungannya ke pemakaman keluarga dan “menjelajahi kotanya tanpa rasa takut” untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.

Di tengah perayaan, banyak warga Suriah juga memanfaatkan peringatan tersebut untuk mengenang mereka yang gugur selama perang. Orang-orang membanjiri media sosial dengan foto-foto kerabat yang gugur selama dekade terakhir dan membawa foto mereka saat mereka berbaris.

Banyak unggahan yang merefleksikan harga dari momen tersebut. Seorang pengguna medsos menulis: “Harga kemenangan tidaklah murah.” Yang lain menambahkan, “Kami berdoa bagi mereka yang telah membayar harga dan membuka jalan.”

Bagi banyak orang, peringatan ini tetap menjadi penanda kelegaan sekaligus pekerjaan yang belum selesai.

“Saya masih tak percaya sudah setahun berlalu… Rakyat Suriah mengakhiri kediktatoran, dan jalan di depan penuh tantangan, tetapi kami terus maju dengan tekad. Hari Pembebasan Suriah yang membanggakan.” (is)

Baca Juga