Jumpa Pers GMJ: Mengapa Munarman Ditolak Masuk Yordan?

Jakarta (salam-online.com): Kampanye Global March to Jerusalem (GMJ), Jumat (30/3/2012) lalu, menyisakan pertanyaan, mengapa dua aktivis Indonesia, Munarman dan Mujtahid,  ditolak masuk Yordan?

Penjelasan tentang deportasi 2 aktivis GMJ itu merupakan salah satu isi jumpa pers yang dilaksanakan  di kantor MER-C di bilangan Kramat, Jakarta Pusat, Rabu (11/4/2012). Pimpinan Tim GMJ untuk Indonesia dari MER-C dr. Joserizal Jurnalis, SpOT membuka acara konferensi pers dengan penjelasan singkatnya, kemudian berturut-turut aktivis lainnya seperti Munarman (FPI) dan Ustadz Hafizd (perwakilan DDII)  menyampaikan pengalamannya dalam kegiatan GMJ.

Sebenarnya, di Indonesia GMJ akan melakukan aktivitas kampanyenya seperti halnya di beberapa bagian dan perbatasan Palestina. Di Bandung, misalnya, sudah direncanakan aksi GMJ, tapi saat berlangsungnya puncak kegiatan GMJ (30/4/12) pada hari Jumat, di republik ini justru sedang sibuk dengan unjuk rasa penolakan naiknya harga BBM. Jadi, jika demo GMJ dilaksanakan, jelas akan ketutup dengan unjuk rasa anti penaikan harga BBM. Akhirnya kampanye GMJ urung dilaksanakan.

GMJ, ke depannya harus jadi aktivitas bersama umat Islam khususnya, dan dunia internasional umumnya. Supaya dunia tahu, bahwa mayoritas umat manusia di dunia ini anti penjajahan.

Dari penjelasan dr Joserizal Jurnalis, intinya GMJ adalah ‘Kampanye Pembebasan Jerusalem dari Cengkeraman Zionis Israel’. Tujuan GMJ adalah menyadarkan masyarakat dunia bahwa Jerusalem merupakan kota untuk 3 golongan: Islam, Kristen dan Yahudi serta milik pecinta Kemanusiaan dan Keadilan. Bukan milik Zionis. Gerakan ini juga untuk mematahkan 4 mitos hak yang selama ini diyakini oleh Zionis. Keempat hak tersebut adalah Yahudi merupakan etnis terpilih untuk memimpin dunia. Mereka adalah pemilik tanah Palestina yang dijanjikan, mereka berhak kembali ke tanah itu, dan berhak pula melakukan serangan lebih dahulu. Empat hak inilah yang harus dipatahkan karena tidak bisa berdampingan dengan norma-norma peradaban manusia.

Jumlah aktivis asal Indonesia yang mengikuti kampanye ini sebanyak 81 orang yang berasal dari berbagai lembaga: Aqsha Working Group (AWG), Voice of Palestina (VOP), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), I Love Muhammad Network, Front Pembela Islam (FPI), Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI), Forum Indonesia MUDA (FIM), MER-C, Perwakilan Mahasiswa, pribadi dan media.

Sebanyak 28 orang relawan/aktivis Indonesia mengikuti GMJ melalui rute 1 (konvoi darat) yang melintasi sejumlah Negara: India, Pakistan, Iran, Turki, Libanon, Yordania. Delegasi Indonesia mulai bergabung dengan konvoi darat di Karachi (Pakistan) pada 10 Maret 2012. Selanjutnya, bersama dengan ratusan aktivis dari berbagai Negara seperti India, Pakistan, Iran, Azerbaijan, Bahrain, Afghanistan, Irak, Tajihkistan, Turki dan AS. Untuk delegasi Indonesia, perjalanan konvoi darat ditempuh dalam waktu 19 hari. Sisanya, 53 orang mengikuti GMJ melalui rute 2, dari Jakarta langsung Yordania.

Konvoi ditempuh dengan jalur darat dari satu Negara ke Negara lainnya. Jalur laut ditempuh dalam perjalanan dari Turki menuju Libanon. Di Libanon, tim konvoi darat dari berbagai Negara diuji dengan masalah visa Libanon sehingga harus menunggu selama 8,5 jam di atas kapal hingga akhirnya KBRI Libanon berhasil memberi jaminan visa bagi para peserta GMJ Indonesia, sementara peserta dari Negara lainnya harus menunggu lebih lama. Dari Libanon, Tim melanjutkan perjalanan ke Yordania.

Selain di Yordania (Lembah Allenby), acara puncak kampanye GMJ juga dilakukan di Libanon Selatan dan Jalur Gaza, dua wilayah yang juga berbatasan dengan Israel. Sedianya acara puncak GMJ, khususnya di Yordania akan digelar selama beberapa hari dengan melakukan ‘camping’ di Lembah Allenby, namun karena mempertimbangkan beberapa hal, maka acara puncak GMJ hanya digelar selama 1 hari pada hari Jum’at, 30 Maret 2012.

Apapun, yang jelas gerakan rakyat sipil untuk menentang penjajahan dan penindasan yang dilakukan oleh Zionis Israel tak akan berhenti, namun akan terus berlanjut hingga Jerusalem dan Palestina terbebas dan tak ada lagi penjajahan di atas dunia.

Baca Juga

Di Yordania, seperti diketahui, dua  insiden penolakan terhadap peserta GMJ terjadi. Munarman, SH dari FPI dan Mujtahid Hashem dari VOP di waktu yang berbeda ditolak masuk ke Yordania dengan alasan atas permintaan intelijen RI. Duta Besar RI untuk Yordania sudah berupaya turun langsung ke Bandara untuk membantu negosiasi agar Munarman, SH bisa diberikan izin masuk ke Yordania, namun upaya ini tidak berhasil.

“Ketika Cat Steven (Yusuf Islam) berkunjung ke Amerika tetapi ditolak oleh pihak imigrasi Amerika, pemerintah Inggris menyampaikan nota protes dan kecaman kepada pemerintah Amerika. Tetapi apa yang dialami oleh rakyat Indonesia sungguh berbeda,” ungkap dr. Joserizal.

Mengapa Munarman dan Mujtahid ditolak masuk Yordan? Dari penjelasan Munarman saat konferensi pers (11/4/2012), dia memperoleh informasi bahwa secara resmi lembaga intelijen di Indonesia (BIN) tak pernah meminta pihak intelijen Yordan untuk menolak Munarman masuk Yordan. Artinya, menurut Munarman, ada agen Zionis di Indonesia—di luar intelijen resmi—yang berkomplot dengan negara tertentu dan berkolaborasi dengan intelijen Yordan untuk menolak kehadirannya.

Padahal, menurut Joserizal, bulan Januari 2012 lalu, Munarman juga ke Yordania, toh no problem, tak ada penolakan. Jadi, sebenarnya ada apa? Harus ada penjelasan dan kejelasan, agar insiden serupa tak terulang lagi. Jika lembaga intelijen resmi seperti BIN tak pernah meminta agar Munarman ditolak masuk Yordan, lantas siapa yang ‘bermain’?

Lalu, bagaimana respon DPR, presiden dan lembaga HAM atas kejadian ini? Pastinya, harus ada kejelasan dan pertanggungjawaban, atas dasar dan alasan apa seorang warga negara Indonesia yang tak ada masalah dengan negara yang dikunjunginya, tapi ditolak justru atas permintaan dari pihak yang tak jelas, tak berwujud, tak menampakkan dirinya? Ini sungguh memalukan!

Dan, kenapa pemerintah RI tak mengajukan nota protes, sebagaimana dilakukan pemerintah Inggris saat ada warganya ditolak masuk Amerika, seperti diungkap dr. Joserizal?

Jadi, ke  mana muka kita dipalingkan?

Keterangan Foto: dr Joserizal Jurnalis, Sp.OT (atas) dan Munarman, SH (bawah)

Baca Juga