JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang diperkosa tiga Polisi Diraja Malaysia menunjukkan para pemimpin bangsa Indonesia membiarkan rakyatnya menjadi budak.
“Tak ada sikap, memang sudah parah pemimpin bangsa ini, makin kuat citra di luar negeri bahwa bangsa ini menjadi bangsa budak,” kata aktivis mahasiswa 1977/78, Hatta Taliwang kepada itoday, Senin (12/11/2012).
Menurut Hatta, kasus penganiayaan maupun pemerkosaan terhadap para TKW sudah berulang kali tetapi tidak ada respon secara cepat dari para pemimpin bangsa Indonesia. “Kasus semacam ini sudah berulang kali, tetapi sama sekali tidak ada respon cepat,” ungkapnya.
Seperti dirilis News Straits Times, Sabtu (10/11/2012), perempuan asal Indonesia itu diperkosa setelah sebelumnya bepergian dengan kendaraan di Prai, Penang, Malaysia. Di tengah perjalanan, kendaraan yang ditumpanginya dihentikan dua petugas kepolisian.
Menurut korban, Polisi Diraja Malaysia meminta kartu identitas. Namun, karena hanya bisa menunjukkan fotokopi paspor, Polisi Diraja Malaysia membawanya ke kantor polisi. Di kantor polisi itulah, korban disekap dan dipaksa melayani nafsu berahi tiga Polisi Diraja Malaysia.
Setelah dinistakan, korban dilepaskan di Taman Impian di Alma. Segera setelah bebas, korban melaporkan kejadian ke kepolisian setempat. Polisi Diraja Malaysia membawa korban ke RS Seberang Jaya untuk menjalani pemeriksaan medis.
Pemerkosaan terhadap Tenaga Kerja Wanita (TKW) oleh tiga Polisi Diraja Malaysia, jelas, sangat menjatuhkan harga diri dan martabat Bangsa Indonesia.
“Ini adalah persoalan harga diri bangsa,” ungkap Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) M Ilyas.
Menurut Ilyas, dalam kasus pemerkosaan TKW ini, Presiden SBY harus menghubungi langsung PM Malaysia Najib Razak. “Presiden SBY harus langsung kontak PM Malaysia Najib Razak supaya para aparat tersebut dihukum seberat-beratnya,” jelasnya.
Lagi pula, khususnya tenaga kerja wanita (TKW) pergi tanpa mahram, lalu bekerja di negeri orang (tanpa mahram)–sementara suami atau orangtuanya menunggu kiriman hasil jerih payah sang TKW, apa hukumnya menurut Islam? Begitulah negeri yang tidak diatur oleh syariat Islam.
Parahnya lagi, negara penerima TKW-nya pun sama “bahlul”-nya.
Jadi, kalau para pemimpin bangsa ini masih mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hentikan sekarang pengiriman TKI, terutama TKW. Jika tidak, silakan “nikmati” saja bencana yang terus melanda akibat pembangkangan terhadap salah satu perintah dan larangan Allah! (isa)-sumber: itoday