Ini Enam Kejanggalan Natal

Abu Deedat-1-jpeg.image
Ustadz Abu Deedat Syihabuddin

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Banyak keganjilan, kejanggalan atau kekeliruan mendasar terkait Hari Natal, sebagaimana diungkap Pakar Kristologi Ustadz Abu Deedat Syihabuddin kepada Media Umat.

Menurut Ustadz Abu Deedat, keganjilan dan kekeliruan tersebut, enam di antaranya adalah: pertama, 25 Desember jelas-jelas bukan hari kelahiran Yesus tetapi hari kelahiran dewa matahari. Sebelum Kekaisaran Romawi memeluk Kristen, Kaisar sebelumnya penganut agama paganis yang meyakini dewa matahari lahir pada 25 Desember pada hari Minggu.

“Makanya, kata Kristen Saksi Jehova, sebenarnya natal itu tradisi kafir zaman purba, bukan ajaran Kristen,” ungkapnya seperti diberitakan Tabloid Media Umat Edisi 118, Jum’at (20 Desember 2013 – 2 Januari 2014).

Kedua, berdasarkan Injil Lukas dan Injil Markus. Pada Injil Lukas pasal 2 ayat 1 dijelaskan Yesus lahir di zaman Raja Herodes berkuasa. Padahal Herodes empat tahun sebelum Masehi sudah mati. Maka, itu tidak tepat dengan lahirnya Yesus. Sedangkan Injil Markus menyebutkan Yesus lahir pada zaman Raja Agustus sedang mengadakan cacah penduduk. Itu terjadi pada tahun 7 Masehi.

“Jadi dari kedua Injil terjadi kontradiktif,” simpul Abu Deedat.

Baca Juga

Ketiga, kalau mengacu kepada ayat-ayat yang ada di dalam Injil, dijelaskan di malam hari ketika Yesus lahir di tanah Palestina itu ada penggembala domba sedang menggembala di malam hari. Tidak mungkin pada cuaca yang sangat dingin di malam hari ada penggembala domba. “Adanya gembala domba di malam hari menunjukkan itu bukan musim dingin (bukan Desember),” tegasnya.

Keempat, ditambah lagi dengan banyaknya versi Natal. Sebelum diputuskan untuk mengikuti tradisi Romawi merayakan natal pada 25 Desember, banyak versi hari lahirnya Yesus. “Ada yang 6 Januari, ada yang 7 Januari, ada yang 20 Maret. Bahkan, ada yang mengatakan 1 Oktober,” ungkapnya.

Kelima, kalau merujuk Al-Qur’an, sesaat sebelum Yesus lahir, Siti Maryam diperintahkan Allah SWT untuk menggoyangkan pohon kurma, agar buahnya jatuh dan dapat dimakan. “Maka tidak mungkin itu terjadi pada musim dingin (Desember). Karena korma itu panen di musim panas (Maret),” ujar Abu Deedat.

Keenam, paradok juga tercermin dalam pernak-pernik natal, di bawah pohon natal itu ada salju (musim dingin) sedangan di atasnya ada bintang (musim panas). “Mana ada kenyataan pada saat musim salju malamnya terlihat bintang di langit? Tidak mungkinlah bintang bisa berbarengan dengan salju,” pungkasnya. (Media Umat)

salam-online

Baca Juga