Setelah Turki, Bom Guncang Mesir, Pengamat: Pelakunya tak Bisa Disebut dalam Satu Jaringan

Aparat keamanan Mesir memeriksa lokasi ledakan di dalam Gereja Katederal Koptik

SALAM-ONLINE: Setelah ledakan beruntun menyerang Turki, bom juga menggucang Mesir. Di Turki, dua bom meledak. Bom pertama meledak di dekat stadion klub sepakbola bola Besiktas. Bom meledak usai gelaran pertandingan sepakbola Besiktas melawan Bursaspor. Sebanyak 20 orang personel kepolisian menjadi korban. Bom kedua meledak di Taman Istanbul.

Di Mesir, sedikitnya 25 orang tewas dalam ledakan saat Misa Minggu berlanggung hari ini (11/12/2016) di dalam sebuah gereja Kristen Koptik di Kairo, televisi pemerintah Mesir melaporkan.

Ledakan itu mengoyak Gereja Katederal Koptik sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat, melukai sedikitnya 35 orang lainnnya, kata pejabat keamanan Mesir.

Menurut stasiun televisi Mesir, sebuah bom dilemparkan ke dalam gereja. Namun kantor berita AP, mengutip saksi, mengatakan bom itu ditanam di dalam bangunan gereja itu.

“Saya menemukan mayat, kebanyakan perempuan, berbaring di bangku. Itu adalah adegan yang mengerikan,” kata pekerja katedral Attiya Mahrous, yang bergegas ke kapel setelah ia mendengar ledakan, kepada AP, sebagaimana dilansir Aljazeera, Ahad (11/12).

Baca Juga

Presiden rezim kudeta, Abdel Fattah Al Sisi, menyatakan berkabung nasional setelah serangan itu. Belum ada pihak yang mengaku di balik serangan ini. Namun pengamat militer dan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan (Unhan) Prof Dr Salim Said mengatakan, baik bom di Turki maupun di Mesir, tidak bisa disebut pelakunya berada dalam satu jaringan. Dengan kata lain, setiap ledakan bom yang terjadi di beberapa negara itu, masing-masing punya masalahnya sendiri-sendiri. Kasus Turki tidak sama dengan Mesir.

“Di Turki, bisa PKK atau ISIS pelakunya,” kata Salim Said dalam wawancara dengan TVONE melalui telepon, Ahad (11/12) malam. Sementara di Mesir, kata Said, tak berarti pelakunya dari Ikhwanul Muslimin yang selama ini berseteru dengan rezim kudeta pimpinan Abdel Fattah El Sisi.

Menurut Said, bisa jadi ledakan ini sebagai operasi intelijen dari rezim kudeta sendiri yang tujuannya untuk mengambinghitamkan Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul Muslimin (IM) selama ini jadi kelompok perlawanan terhadap rezim kudeta yang menggulingkan Presiden Mursi dari IM yang terpilih secara sah dan demokratis.

Said tak menampik kemungkinan bom di Kairo, Mesir, itu justru untuk lebih menancapkan kekuatan rezim militer di bawah pimpinan Al Sisi, sehingga membuat ruang gerak IM semakin sulit dan bahkan tersudut. (s)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga